***SELAMAT DATANG DI WEBSITE QUHAS SCHOOL YPT DAR AL-MASALEH JAMBI***
Latest Post

 


Aku dan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Khairani Sapitri 


Menurutku, berbagi adalah sesuatu yang indah, apalagi itu bisa menumbuhkan serta membangun semangat membara dalam jiwa seseorang. Dan dalam tulisan ini akan kusampaikan beruntai-untai kalimat dari imajinasi otakku, lebih tepatnya cerita jiwa yang benar-benar kualami selama 17 tahun hidup sebagai seorang ‘manusia'.

Rasanya terlalu cepat waktu berpacu selama ini, hingga tak terasa kini aku sudah berada di bangku perkuliahan yang pada kenyataannya akan sangat berbeda dengan jenjang pendidikan 12 tahun  silam. Dan sudah beberapa kali jika kuhitung, rasa yakin dan pesimis terasa imbang untuk kujadikan sebuah cambuk hidup bagi jiwa dan raga yang tak selaras ini. Namun, kini aku sudah melewati tahapan awal sebagai seorang remaja, dan kini sudah menyandang gelar mahasiswa di UIN STS

Jambi sebagai bagian baru dalam keluarga Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Sebuah bidang yang sama sekali tak kupikirkan akan menjadi bagian dari tiap patok perjalanan hidup seorang Khairani Sapitri, perempuan kelahiran Jambi 18 Agustus 2003 yang sayangnya menyukai dunia sastra dan ilmu fisika dan berangan-angan ingin menjadi seorang ilmuwan, dosen, sekaligus penulis di masa yang akan datang. Benar-benar aneh namun masih terus kujadikan target hidup pasti agar bisa membalas segala jasa kedua orang tuaku di masa tua mereka nanti.

IAT sejujurnya bukanlah pilihan pertama yang ingin kujadikan bagian dalam nominasi jurusan di beberapa PTN yang ingin aku pilih sewaktu di Aliyah. Bahasa Indonesia, Fisika, dan Geofisika adalah pilihan paling pertama dalam benakku sejak naik ke kelas XI di bangku Aliyah, dan itu memang jurusan yang sudah kuyakini dan kupikirkan dengan sangat matang. Dan lagi-lagi, jika kuminta pendapat kedua orang tuaku soal apa yang hendak kuperjuangkan selepas lulus Aliyah, hanya kata agama yang terlintas di benak keduanya. Aku tersenyum kecil sembari menghela napas dengan tertahan, ingin rasanya bertindak egois dan bersikap berani untuk pertama kalinya di depan kedua orang tuaku saat itu, namun aku tak tega untuk melakukannya-aku takut mereka menangis bila diriku egois-dan ini mungkin untuk kesekian kalinya diriku diam dan mengalah lagi.

Sejujurnya, sejak kecil aku selalu imbang untuk mempelajari semua pelajaran, tidak TK dan langsung masuk SD dibarengi dengan belajar di madrasah ketika sore hari, lalu lanjut ke MTs An-Nizham dengan uang hasil tabunganku sendiri dan lagi-lagi melanjutkan perjalanan pendidikanku ke MA Laboratorium dengan kedok agar pulang pergi bisa berjalan kaki dan ditambah lagi dengan beasiswa dari MTs karena menjadi siswa berprestasi. Tak banyak yang tahu tentang diriku, termasuk mamak yang terlihat paling semangat soal pendidikanku  ituditambah lagi kabar beasiswa yang seolah-olah adalah fatamorgana dan mamak bagaikan seonggok tubuh kurus kering setengah mati yang tergeletak naas di gurun Sahara. Saat itu aku tersenyum lebar karena bisa melihat pancaran kebahagiaan dalam manik mata sayu beliau,  tak ingin merusak euforia yang saat itu melanda karena betapa histeris dan gemparnya seisi rumah akibat seruan kebahagiaan mamak. Sudah persis bagai pemenang door prize jalan santai di gubernuran dengan air mata yang meluber hingga membasahi bagian atas jilbabnya, dan kami penghuni seisi rumah hanya bisa tersenyum sembari menahan tawa karena betapa kocaknya bentuk muka mamak yang terlihat di netra kami masing-masing.

Kita tinggalkan sejenak keharuan cerita mamak di atas. Karena sekarang, aku ingin menceritakan pokok permasalahan dan inti dari cerita ini-tentang alasan dan latar belakang terpilihnya UIN STS Jambi dan jurusan IAT olehku di saat aku bahkan baru memasuki umur 16 tahun-kelas XII. Dan itu karena sebuah masalah di rumah dan beberapa contoh cerita nyata yang sempat terpikirkan olehku di malam harinya. Sebuah peristiwa pilu yang tak sengaja terekam jelas oleh indra pendengaran ini ketika melewati kamar bapak dan mamak, sebuah bentakan dan tangis dari mamak terdengar sangat jelas dari tempatku berdiri sambil gemetar menahan tangis. Dan sejak saat itu, aku mengucapkan salam perpisahan pada mimpi-mimpi besarku itu sambil tersenyum namun dalam keadaan yang benarbenar tidak baik. Dan di saat genting seperti itu, seseorang datang ke dalam mimpiku dengan senyum mengembang dan beberapa buku yang terlihat didekap oleh wanita setengah baya itu dengan sangat erat di depan dada. Dan karena beliau, aku sedikit berpikir dan mencoba mengerti keadaan keluargaku yang terbilang kurang mampu untuk menyekolahkan dua pasang anak yang masih ingin meneguk enaknya pendidikan wajib belajar 12 tahunnya.

Keesokan harinya aku mulai mendatangi perpustakaan daerah di belakang gedung UIN STS Jambi untuk Pascasarjana dengan menggunakan sepeda punya sepupu, mencoba memahami apa itu agama dan jenis bidang pengaplikasiannyajurusan. Selang beberapa hari kupusatkan kegiatan membaca buku-buku islami di sana, aku merasa telah jatuh hati pada bidang itu, terlebih lagi ada mahasiswa IAT yang pernah diajak ibu-ibu masjid ketika bulan puasa tahun lalu dan aku ada di antara desak dan sesaknya bahkan untuk sekadar duduk bersimpuh sambil mendengarkan kajian kakak itu dalam membahas beberapa ayat Al-Qur’an. Benarbenar aneh, kenapa bisa begitu cepat aku mencintai bidang itu ?! Ini hampir sama cepatnya dengan aku mencintai bidang pilihanku sendiri yang tentunya sesuai dengan kemampuan dan bakat diriku. Keren sekali diriku ini, terlalu mudah jatuh hati pada bidang lain padahal tak punya bakat yang berkaitan dengannya sama sekali.

Lambat laun semua berjalan dengan sangat cepat, dan fokusku terpecah di antara inginnya aku mengasah lebih tajam kemampuanku di bidang bahasa dan fisika, juga mengenal lebih jauh yang namanya pelajaran soal menafsirkan Al-

Qur’an sesuai kaidah yang baik dan benar. Dan akhirnya pilihan hati kecilku jatuh pada IAT dengan aura para guru di kantor yang seolah memecahkan ketenangan atmosfer di sana, aku menegak saliva dengan penuh kehati-hatian, semua seolah ingin menerkamku atas ucapan tegas dan lantang dariku saat seorang guru SKI menanyai apa pilihanku di jenjang pendidikan selanjutnya yaitu IAT.

“Kan ibu sudah kasih saran untuk ambil jurusan fisika saja, karena kamu pandai di bidang itu.” Guru fisikaku menyela dengan raut wajah kecewa, aku tergelak seketika.

Lalu guru agama lain berdiri dari kursinya dan mendekatiku. “Kenapa tidak ambil jurusan PAI saja, Khairani, bapak yakin kamu akan bisa dengan mudah mengembangkan bakat mengajarmu kelak.”

“Apa yang bisa dihasilkan dari jurusan itu untukmu, Ran? Padahal kamu sudah menguasai lebih dalam bidang kepandaianmu sendiri, apa ini permintaan kedua orang tuamu?” Aku terkejut, apa sebegitu tampaknya ketidakrelaanku saat menjawab jurusan yang akan kupilih tadi? Padahal aku sudah sangat yakin, mengapa jadi ragu kembali? Argh..! Kenapa keraguan menyelimuti benak kalutku kembali?!

“Termasuk itu juga, Bu. Tapi Rani benar-benar yakin kok bisa mempelajari bidang ini dengan semangat, soalnya sepertinya seru dan menantang untuk Rani pelajari.” Jawabku dengan napas menggebu di dada dan sedikit senyum lebar yang kuberi sebagai pemanis agar para guru di kantor semakin yakin dan mau mendukung pilihanku saat itu.

Huh? Seru dan menantang? Yang benar saja Rani, jurusan bukan sesuatu yang bisa kamu anggap permainan dan dapat diselesaikan dengan mudah, kamu itu bakatnya di linguistik dan juga sains, kenapa malah menyimpang ke ranah baru?” seru wali kelasku yang baru saja keluar dari tempat pengambilan air minum kantor, beliau memang mendukungku untuk mengambil jurusan bahasa di UNJA sejak kelas XI.

“Sudahlah Pak, Bu. Murid kita yang satu ini ingin mempelajari bidang yang tak diajarkan di sekolah ini, jika dia bersungguh-sungguh dan yakin untuk itu maka kita sebagai orang tua keduanya di sekolah wajib mendukung. Benar tidak, Ran?” Salah seorang guru yang kebetulan Waka kurikulum menyela dan tersenyum penuh arti padaku. Ah... Rasanya bahagia sekali ada yang mendukung keinginanku di saat genting seperti saat itu.

Guru SKI yang berada di sampingku langsung memegang kedua bahuku erat, menatap dalam-dalam netra cokelat tua milikku.

“Ya sudah, ibu akan dukung kamu, tapi ingat ya, Rani, kami semua tidak ingin mendengar kamu menyerah di tengah jalan. Kami semua bangga memilikimu sebagai anak didik di sini, jadi pulanglah kembali jika sudah sukses kelak, ya? Kamu anak yang cerdas dan berbakat, bahagiakan mamak dan bapakmu itu dengan segenap jiwa dan ragamu.” Sebuah pelukan hangat menyatu begitu saja pada tubuh kurus keringku, sosok wanita berumur yang dulu ingin mengangkatmu menjadi anaknya dulu ketika awal kelas X mendekapku erat sambil terisak. Dan semua yang ada di dalam ruangan bernuansa putih itu juga terlihat berkaca-kaca seolah ingin menumpahkan tangis mereka untukku, padahal belum tamat tapi sudah menangis berjamaah dalam kantor. Ya Salam... Antara ingin tertawa tapi dalam keadaan air mata tumpah ke mana-mana, bahkan ingus pun hendak turun aksi dalam tragedi haru kala itu. Hahaha.

Dan kini, di sinilah aku berdiri dengan mantapnya, titik terang dari segala keluh kesah dan tantangan yang menjadi pemanas diri dalam mencari kebenaran tentang tujuan dan jati diriku sendiri. Sebuah instansi yang terkenal dengan warna birunya, ramahnya setiap warga kampus di dalamnya, dan keluarga baruku yang bernama IAT. Kerja sampingan yang menguras tenaga, kejar target nilai raport tinggi, terus menulis di waktu luang, meng-handle dua rumah sekaligus, dan tetap menjadi keluarga TPA di masjid sebagai kakak sekaligus guru bagi anak-anak kecil dengan jiwa nakal dan ingin tahu mereka yang tinggi sepertiku dulu. 

Pilihan tepat ini mengajarkan sebuah ibrah yang benar-benar penting, karena saat ini leher para muslim seolah tercekik, dada mereka sesak, dan hati tercabik dengan keadaan Islam saat ini. Dan aku ingin menjadi salah satu bagian dari revolusi Islam yang lebih baik lagi lewat pengamalan Al-Qur'an sesuai manhaj yang diajarkan oleh sahabat nabi SAW. Dan juga ini sesuai dengan atsar yang cukup populer, dikatakan bahwa : “ Jadilah Anda Al-Qur’an yang berjalan di antara manusia.”

IAT memang baru bagiku, tapi bahasa dan fisika tetap bisa kupelajari sebagai pendamping harian belajarku. Karena bapak sering bilang : Tidak ada hidup yang tidak pernah terbanting dan jatuh, karena keras rasa sakit itu kamu akan mengerti bahwa tidak ada yang sia-sia dari suatu usaha. Karena setiap usaha itu akan terjalin dan akhirnya menuntun kita pada jawaban yang dinanti-nanti. Di situ bapak mengujiku, beliau tahu bahwa aku ingin pengakuan darinya sejak SD duludipuji dan diberi selamat ketika menjadi juara umum bahkan pemenang lomba layaknya putri lain kepada ayahnya. Tapi aku cukup tahu diri, karena didikan keras dari bapak aku sedikit jadi acuh terhadap hidup orang lain dan bagaimana mereka yang dulu menertawakanku, karena aku setuju dengan perkataan dari eyang Habibie: “Tidak ada suatu negara maju tanpa pendidikan yang keras.”

Terima kasih untuk mamak dan bapak, aku akan menepati janjiku. Sungguh.


 “PERCAKAPAN SI KECIL DAN TUHANNYA”

by Fajar Fatkhurrohman


Di sudut kamar yang gelap gulita

Sunyi, berbicara tanpa suara

Seorang anak kecil duduk bersila

Menatap layar, yang menampilkan derita

Tsunami besar di tanah Aceh tercinta.


Gambar-gambar ombak menggulung ribuan nyawa

Tangis dan doa memenuhi udara

Ia terdiam, tak mampu bicara

Hanya hatinya yang mulai bertanya-tanya


“Tuhan…

Tahun itu aku lahir

Tapi mengapa bumi-Mu menangis deras?

Air laut menerjang membawa nestapa tanpa batas

Jerit dan doa bercampur mengikuti ombak yang menghantam keras

Apa salah mereka yang Kau ambil tanpa bekas?”


Tuhan mendengar dari langit yang jauh

Namun terasa dekat di dada yang luluh

Menyusup hening ke hati yang rapuh

Saat dunia runtuh dalam duka yang tak kunjung sembuh.


“Lalu dibisikkan-Nya dengan suara yang lembut dan utuh:”

Jangan risau bila dunia serasa gemuruh

Aku selalu dekat meski tampak jauh

Bukan semata-mata untuk membuatmu jatuh

Tapi untuk menguatkanmu saat harapan luruh

Agar kau tahu, kasih-Ku tak pernah runtuh.”


Lalu… Tuhan

Bolehkah suatu hari aku ke sana?

Bukan untuk bermain di pantai atau berfoto ria

Tapi sekedar untuk menaruh doa…

Di antara batu-batu yang menyimpan air mata.”


Tuhan pun tersenyum dalam keabadian

Dan dalam hati anak itu tertanam harapan:

Bahwa langkah kecilnya kelak, akan menjejak

Di tanah yang pernah digulung ombak.


“Detik demi detik terus berlalu ….”

Dulu aku berdoa dalam tangis bisu

Kini aku duduk di ruang kuliah yang syahdu

Membaca takdir-Mu di setiap waktu.


Tuhan tak menjawab dengan suara

Tapi lewat ilmu dan luka yang mengajar makna.


Dulu aku hanya tahu kehilangan

Kini aku paham: itu awal perjuangan.

 

Langkah kecilku kini menjejak pasti

Di tanah yang dulu ditangisi.

Dan Tuhan pun tersenyum dari langit tinggi:

“Lihatlah nak, inilah bentuk cinta-Ku yang sejati.”


Di sana ia ingin berucap,

Bukan dengan mulut, tapi dengan napas

Bahwa ia lahir di tahun duka

Namun tumbuh dengan cinta dan segudang makna.




Fajar Fatkhurrohman

Guru MI Quhas Primary School

Kehilangan Handphone ; Yuri Yatun, S.Sos

"Kring....,"

Suara bel berbunyi, pertanda waktunya pulang.

Semua kelas terdengar suara anak-anak membaca do'a setelah belajar. Para orangtua sudah berbaris rapi di halaman sekolah menjemput anak-anaknya. Satu persatu kendaraan roda dua meninggalkan halaman sekolah dan suasana yang riuh beberapa saat kemudian menjadi sepi.

"Ustadzah, Ana belom dijemput" Rengekan seorang anak perempuan.

"Tunggu sebentar lagi nak, mungkin orangtua antum lagi di jalan" Jawab Ustadzah 

Anak perempuan ini sebut saja namanya Riya. Setelah itu, ia berlari bermain di teras sekolah. Tidak berselang lama orangtua Ria datang menjemput. Ia sangat senang lalu berpamitan pulang.

     Sang surya mulai condong ke barat, warna langit menjadi sedikit indah karena ada perpaduan berwarna jingga. Pertanda hari sudah sore semua anak dan guru-guru meninggalkan sekolah. Salah satu guru yang bernama Riri ketinggalan kunci motor di atas meja, dengan cepat ia melangkah mengambil kunci tersebut lalu menghidupkan motor dan berlalu meninggalkan sekolah.

     Di sepanjang perjalanan cacing di perut saling bersahutan seakan-akan mereka menjerit "Saya lapar". Ia berpikir akan berhenti di warung ayam geprek tempat langganannya. Sebelum menuju tempat tersebut berhenti sebentar di pinggir jalan untuk mengecek uang di tas. Kemudian ia langsung menuju tempat langganannya memesan makanan dan membawa pulang. Sesampai di rumah langsung meletakkan tas mencuci tangan dan makan.

    Lantunan ayat suci di masjid saling bersahutan, setelah makan ia mencari handphone. Namun tak ditemukan, ia mulai panik keponakannya ikut membantu, di telpon berkali-kali berdering tapi tidak di temukan. Ia pun langsung mengambil kunci motor mencari sepanjang jalan yang ia lewati, ke tempat ayam geprek dan terakhir di pinggir jalan tempat ia berhenti. Handphone belom juga di temukan, keponakan yang ikut bersamanya mencoba menelpon dan kali ini di angkat.

" Halo...halo..." 

" Halo.." Jawaban seorang lelaki.

"Maaf pak, apakah bapak yang menemukan handphone saya?" 

" Oh iya bu, tadi saya temukan terjatuh di pinggir jalan. Ibu dimana? Saya di seberang toko alat tulis simpang bu." Jawab lelaki tersebut.

"Saya sekarang di depan tempat yang bapak sebutkan" Jawab Riri

Akhirnya lelaki tersebut mengembalikan handphone. Ia sangat senang dan mengucapkan terima kasih. Ia teringat kemarin menolong teman, dan hari ini ia di tolong orang lain. Mulai hari ini ia akan terus menolong orang lain dengan ikhlas. Karena ia percaya kebaikan akan dibalas dengan kebaikan.

Pesan moral : Saat kita menolong orang lain, sebenarnya menolong diri kita sendiri. Meski bukan tangan yang sama, akan ada tangan lain yang membantu kita. Karena kebaikan sekecil apapun akan dibalas dengan kebaikan oleh tuhan.

 


A Thousand Dreams

Oleh: Khairani Sapitri

 

Ada berapa banyak peluang Tuhan memberi keberkahan pada seseorang di tiap kehidupan manusia? Tidak ada yang tahu. Tapi, sadarkah Anda seberapa banyak waktu yang terbuang untuk proses mendapatkan keberkahan yang terlewatkan tanpa jejak barang setitik? Saya yakin akan yang satu ini, kita terlalu lalai untuk memaknai keberkahan itu sendiri.

Manusia seolah hilang ingatan jika dia hidup berdasar ‘belas kasih’ dari Tuhan. Ketika Anda mengeluh sebab cobaan, timbul perkara tak sembah Tuhan. Ketika Anda merutuk dan bingsal karena hal yang tak disukai didapatkan, timbul perkara lidah berliku sana-sini, keluarkan sumpah serapah dan berbagai kata sampah. Itulah yang saya maksud dengan lalai, lagi-lagi kita melewatkan momen dalam tahap mendapatkan keberkahan tersebut.

•••

Seluruh dunia berduka akibat kehilangan banyak populasi warga bumi karena pandemi. Ditambah lagi dengan banyak masalah lain, ekonomi jatuh, efektivitas pembelajaran menurun tanpa jeda, buruk, semua terlihat tidak baik-baik saja dengan jelas. Mungkin ini yang dinamakan masa sejuta duka setelah para manusia di abad-abad lalu yang kesulitan bertahan hidup dalam lingkaran perang dan krisis ekonomi. Saya sendiri merasakan kengerian atas masa wabah ini, semua serba terbatas, tahan selera, banyak pengecualian, tuntutan, dan segala ketetapan yang memberi jarak meski itu berniat baik.

Ketika pandemi, saya dan adik-adik langsung jadi petani dadakan, kalau kata bapak sih, hitung-hitung lulur lumpur tanah basah. Kami berempat seperti kurcaci-apalagi adik saya masih terbilang kecil-yang mengekor tuannya setiap hari sambil membawa parang, cangkul, ember bibit dan pupuk menuju lahan kosong yang luas. Bapak ajarkan kepada kami untuk merasakan lelahnya petani Indonesia memberikan pangan terbaik mereka untuk kita. Bapak ajarkan kepada kami untuk tidak pernah malu melakukan sesuatu selagi itu halal, setiap hari dilihat orang dengan baju kotor, tangan dan kaki berlumur tanah, kulit berlapis gores luka, bahkan muka merah penuh peluh.

Saya tidak malu dan gengsi, intinya jalani saja dan jangan terlalu banyak membuang waktu dengan mengeluh, biarkan saja berlalu selayaknya waktu. Percayalah bahwa berkat Tuhan bisa didapatkan siapa saja tanpa memandang siapa dia, mau kaya-miskin, rupawan-buruk rupa, bahkan ustadz-preman sekalipun.



Karena pandemi, saya dan adik juga menjadi pedagang sayur dan buah dadakan di pasar. Membawa dagangan yang bertumpuk lagi segar ketika langit masih memburam hitam abu. Kendati awalnya kami terlihat seperti patung selamat datang yang kaku, akhirnya kami juga bisa menguasai lingkungan dan kehidupan pasar sampai sekarang.

Saban hari melihat beragam rupa pembeli yang kami temui dengan sapaan ramah dan kelakar khas seorang pedagang, kami disajikan sebuah ‘legenda’ yang nyata–para pembeli setingkat dewa. Hahaha. Dan di lain hari, terkadang saya dan adik terlihat seperti orang yang gagap sambil tersenyum di waktu-waktu tertentu, pasalnya, kami pernah kedapatan oleh guru masing-masing yang terkejut karena melihat dagangan kami yang beragam, mulai dari kangkung, bayam, pucuk ubi, terong, singkong, ubi rambat, bahkan kacang tanah dan bengkuang. Rasa hangat di hati dan bahagia yang membuncah di dada, mungkin itu adalah ketenangan yang Tuhan beri untuk kami sekeluarga.

Jika Anda tipikal orang yang suka akan tantangan, pasti paham apa yang kami rasakan, benar-benar menyenangkan. Jika Anda orang yang senang ketika bisa mencapai sesuatu dengan hasil jerih payah sendiri, pasti akan tahu seberapa senangnya saya ketika bisa membeli handphone dan membayarkan biaya sekolah saudara. Merasakan ‘remah kesuksesan’ di masa muda memanglah berbeda. Saya dan adik hanya ingin masa muda kami tidak hangus secara percuma, makan-tidur contohnya, mengembangbiakkan rasa malas dengan tidak sengaja namun disiplin dalam pengerjaannya.

•••

Seribu impian mungkin terlalu ‘banyak’ untuk dimimpikan oleh saya. Tapi tahukah Anda, apa yang selalu saya senangi ketika melakukan semua itu tadi? Cinta, ketulusan, dan kemauan yang kuat. Ketika Anda memaksa diri untuk melakukan sesuatu yang baru, hanya awalnya saja yang terasa jengkel, setelahnya pasti sudah klepek-klepek setengah mati. Ketika Anda merasa melakukan sesuatu karena sebuah tuntutan padahal jauh dari kemampuan, percayalah bahwa kalimat “bisa karena terbiasa” akan bekerja dengan sendirinya. Jelasnya, mau ada cobaan atau tidak, mau ada di masa pasang atau surut, selama Anda berusaha dengan gigih dan tulus, sudah tentu kejayaan akan segera datang di saat yang tepat dan berlaku dengan tetap jika disiplin.

Maka dari itu, arti berkah menurut saya adalah ketika Anda bisa melakukan banyak hal positif, berbagi ketika berada di masa punya ataupun tidak punya, juga melatih kesabaran, ketulusan, dan cinta karena tujuan pengaplikasian amalan kepada Tuhan.

Terima kasih, saya harap cerita biasa ini bisa bermanfaat sebagaimana yang saya harapkan untuk semua.

 


الْحَمْدُ ِللهِ، الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ، خَيْرُ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ  قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ 

Maasyiral Muslimin rahimakumullah, 

Mengawali khutbah Jumat ini, penting bagi kita untuk senantiasa menguatkan ketakwaan kepada Allah SWT sebagai modal penting dalam menjalani kehidupan yang terus berubah dengan cepat saat ini. Takwa akan menjadi kompas yang akan mengarahkan diri kita pada apa yang harus kita lakukan dan apa yang harus dijauhi sesuai dengan syariat yang telah ditentukan oleh agama Islam.

Perubahan zaman yang sangat cepat, sering mengakibatkan turbulensi atau guncangan sehingga kita perlu menguatkan ketakwaan agar bisa menjadi modal yang kuat untuk menghadapinya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an QS. Al-Baqarah: 197:

وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ

“Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.”

Jama’ah Jumat yang berbahagia, 

Perkembangan teknologi digital telah menghadirkan perubahan besar dalam kehidupan manusia. Informasi tersebar dengan cepat, jarak terasa semakin dekat, dan peluang untuk belajar maupun bekerja terbuka luas. Dengan teknologi digital, akses informasi semakin terbuka. Hampir semua orang dapat memperoleh ilmu, berita, atau wawasan hanya dengan sentuhan jari.

Dengan era digitalisasi, kesempatan usaha dan kreativitas juga semakin beragam. Platform digital memberi ruang bagi siapa pun untuk berbisnis, berkarya, bahkan menyalurkan hobi menjadi penghasilan.

Kita juga bisa berkomunikasi, berkolaborasi, bahkan bekerja lintas negara dan budaya. Era saat ini membuka ruang bagi kita untuk menyuarakan pendapat, berbagi ide, dan ikut terlibat dalam perubahan sosial.

Namun, Jamaah Jumat rahimakumullah, 

Di balik keterbukaan itu juga ada tantangan, seperti penyalahgunaan informasi, hoaks yang perlu disikapi dengan literasi digital dan nilai-nilai etika. Di balik semua kemudahan itu, tersimpan tantangan besar, terutama bagi generasi muda yakni ancaman degradasi moral.

Generasi muda adalah aset berharga umat dan bangsa. Jika mereka terseret arus negatif dari dunia digital, maka masa depan umat akan terancam. Oleh sebab itu, Islam telah memberikan panduan bagaimana membina akhlak agar generasi muda tetap terjaga di tengah derasnya arus perubahan zaman. Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At-Tahrim: 6)

Ayat ini mengingatkan bahwa tanggung jawab menjaga moral bukan hanya pada individu, tetapi juga orang tua, pendidik, dan masyarakat.

Jama’ah Jumat rahimakumullah, 

Perlu kita sadari bahwa, zaman digital menyajikan dua wajah yakni peluang dan ancaman. Generasi muda bisa mengakses beragam ilmu dari beragam narasumber dunia melalui media sosial. Namun di saat yang sama, mereka juga bisa terjerumus ke dalam jurang maksiat karena mudahnya akses konten negatif.

Fenomena cyberbullying, kecanduan gawai, perilaku konsumtif, hingga pornografi menjadi bukti nyata dampak buruk teknologi yang tidak dikendalikan.

Islam telah memberikan solusi dalam menghadapi perubahan zaman di antaranya dengan menanamkan akidah dan akhlak sejak dini.

Akidah adalah fondasi iman agar tertanam kuat dan menjadi benteng dari segala godaan dunia maya. Dengan akidah yang kokoh, anak-anak kita akan mampu membedakan mana yang bermanfaat dan mana yang berbahaya, bahkan tanpa pengawasan langsung.

Para generasi muda juga harus dibekali dengan literasi digital dan pemahaman bagaimana menggunakan teknologi secara benar. Literasi digital Islami berarti tidak sekadar melek teknologi, tetapi juga beradab dalam penggunaannya. Generasi muda harus diajarkan cara memfilter konten, menghindari hoaks, serta menjaga adab dalam berkomentar. 

Mereka harus dididik untuk memanfaatkan media sosial untuk hal positif seperti sarana dakwah, berbagi ilmu, dan kebaikan. Mereka harus diberikan pemahaman bahwa setiap aktivitas dan postingan di media sosial memiliki konsekuensi dan akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah swt. Dengan begitu, teknologi menjadi sarana jariyah pahala, bukan jariyah dosa. Rasulullah telah mengingatkan dalam sabdanya:

مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً، فَلَهُ أَجْرُهَا، وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ، وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ   

“Barangsiapa yang membuat sunnah hasanah dalam Islam maka dia akan memperoleh pahala dan pahala orang yang mengikutinya, dengan tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa yang membuat sunnah sayyi’ah dalam Islam maka ia akan mendapatkan dosa dan dosa orang yang mengikutinya, dengan tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun,” (HR Muslim).

Jama’ah Jumat yang dirahmati Allah, 

Untuk memperkuat upaya ini perlu juga dibangun lingkungan sehat yang mampu memberi pengaruh positif mulai dari keluarga, lingkungan, dan juga komunitas-komunitas generasi muda.

Lingkungan sangat memengaruhi perkembangan akhlak remaja. Komunitas yang positif akan membentuk pribadi yang baik, sementara lingkungan buruk bisa menghancurkan karakter mereka.

Dalam keluarga, orang tua harus menciptakan suasana rumah yang penuh kasih sayang dan menetapkan aturan penggunaan gawai. Di tengah masyarakat, para pendidik dan masyarakat harus mendorong remaja untuk aktif dalam kegiatan positif guna menumbuhkan kepekaan sosial dan pembentukan karakter yang tangguh dan kuat, tidak mudah menyerah, tidak gampang mengeluh, dan memiliki optimisme yang tinggi. 

Maasyiral Muslimin rahimakumullah, 

Generasi muda adalah harapan kita bersama yang akan meneruskan tongkat estafet peradaban. Zaman digital memang membawa banyak tantangan, tetapi dengan akidah yang kuat, literasi digital Islami, lingkungan yang sehat, dan ketekunan dalam ibadah, insya Allah mereka bisa menjadi generasi khairu ummah, umat terbaik yang mampu memanfaatkan teknologi untuk kebaikan, bukan untuk kerusakan.

Kita semua pasti menginginkan generasi muda kita seperti yang termaktub dalam Al-Qur’an:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, serta beriman kepada Allah.” (QS. Ali ‘Imran: 110)

Maasyiral Muslimin rahimakumullah, 

Semoga generasi muda kita tumbuh menjadi pribadi yang kuat iman, luas ilmu, dan mulia akhlaknya, sehingga mampu membawa kebaikan dan kemaslahatan di tengah derasnya arus digitalisasi dunia. Karena Akhlaq menjadi kunci dalam kehidupan ini, Syauqi Beik seorang penyair bijak mengatakan :

إِنَّمَا الأُمَمُ الأَخْلاَقُ مَا بَقِيَتْ . فَإِنْ هُمُّوْ ذَهَبَتْ أَخْلاَقُهُمْ ذَهَبُوْا

Hidup dan bangunnya suatu bangsa (Ummat) tergantung pada akhlaknya, jika mereka tidak lagi menjunjung tinggi norma-norma akhlakul karimah, maka bangsa itu akan musnah bersamaan dengan keruntuhan akhlaknya.

 

Semoga di akhir masa bulan kelahiran Nabi atau akhir Rabiul Awal 1447 H ini kita terus membangun kesadaran digital dengan akidah yang kokoh, Akhlaq yang sempurna sejak dini sehingga kita dapat mewujudkan kehidupan bermasyarakat kita menjadi lebih baik. Amin ya rabbal alamin.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم


 Khutbah Jumat Ar-Raudhoh Telanai

 Mencintai dan Dicintai Rasulullah ﷺ 


الْحَمْدُ للهِ شَرَّفَ الأَنَاَمَ بِصَاحِبِ الْمَقَامِ الأعْلَى. وَكَمَّلَ السُّعُوْدَ بِأَكْرَمِ مَوْلُوْدٍ أَشْهَدُ أنْ لاإلهَ إلاّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ بِالْحُجَّةٍ الَبَالِغَةِ وَحُسْنِ الْبَيَانِ أللّهُمَّ صَلِّي وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأصْحَابِهِ أجْمَعِيْنَ. أمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ أًوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ   

Hadirin jamaah Jumat hafidhakumullâh,

Pada kesempatan ini marilah kita perkuat keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah dengan iman dan takwa yang sebenar-benarnya. Berusaha keras melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua yang dilarang. Karena taqwa dan tawakkal akan melahirkan solusi besar dari Allah SWT untuk kehidupan kita :

اعوذ بالله من الشيطان الرجيم

وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجٗا وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمۡرِهِۦۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَيۡءٖ قَدۡرٗا

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu (QS al Thalaq 2 dan 3).

 

Hadirin, as’adakumullâh,

Jumat ini kita berada tepat pada tanggal 12 Rabiul Awwal sebagai bulan kelahiran Nabi, maka marilah kita mengingat peristiwa penting kelahiran manusia sempurna pilihan Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam, yakni Nabi Muhammad. Mengingat dalam arti mempelajari sejarah perjuangannya dalam mendakwahkan agama Islam, meneladani kebaikan-kebaikan akhlaknya, dan mengikuti sunnah-sunnah serta memperbanyak bacaan shalawat atasnya. Agar kita semua termasuk orang-orang yang selalu mencintai dan dicintai oleh rasulillah dan akan mendapatkan syafaatnya di dunia sampai di akhirat kelak.

Bulan rabiul awwal adalah bulan yang sangat mulia. Bulan di mana lahir manusia pilihan Allah sebagai utusan di muka bumi, yakni Nabi Muhammad bin Abdillah. Beliau bukan hanya diutus untuk kalangan bangsa Arab saja, namun seluruh manusia bahkan alam semesta. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat al-Saba’ ayat 28:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ 

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS. Al-Saba’[34]: 28).

Prof Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah, memandang ayat ini memiliki nilai nilai pokok yang harus dimengerti, yaitu adanya utusan Allah dalam hal ini Rasulullah Muhammad , ada yang mengutus yakni Allah ., yang diutus kepada mereka seluruhnya yakni alam, dan risalah, yaitu rahmat yang bersifat luas. Menurutya bahwa Rasulullah Muhammad bukan sekadar membawa rahmat bagi seluruh alam namun justru kepribadian beliau lah yang menjadi rahmat.

Begitu mulianya sifat Rasulullah Muhammad sehingga Allah menyebutkan dengan pujian yang sangat agung. Kemuliaan sifat Rasulullah tercermin dalam cara beliau berdakwah. Sehingga Islam dikenal sebagai agama yang mengajarkan kepada kemaslahatan dunia dan akhirat. Makna rahmat pada diri Rasul adalah ajaran tentang persamaan, persatuan dan kemuliaan umat manusia, hubungan sesama manusia, hubungan sesama pemeluk agama, dan hubungan antar agama.

Rasulullah mengajarkan untuk saling menghargai, saling menolong, menjaga persaudaraan, perdamaian, dan sebagaianya. Lebih dari itu, Rasulullah juga mengajarkan etika terhadap binatang. Sehingga dalam melakukan sembelihan binatang pun diajarkan cara-cara yang maslahat dan tidak menyakiti binatang. 

Jamaah Jumat hafidhakumullâh,

Kecintaan terhadap Rasulullah dapat dibuktikan dengan beberapa hal, di antaranya dengan memperbanyak membaca shalawat. Sebagaimana diperintahkan dalam Al-Qur’an surah al-Ahzab ayat 56 :

إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا 

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab[33]: 56).

Selain memperbanyak bacaan shalawat, cara kita mencintai Rasulullah adalah dengan mengikuti sunnah-sunnahnya. Baik berupa perkataan, perbuatan maupun segala kebiasaan sikap Rasulullah. dengan jalan memperbanyak bershalawat dan mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah semoga kita semua menjadi orang-orang yang dicintai oleh Rasulullah.

Jamaah Jumat hafidhakumullâh,

Rabi’ul Awwal bukan hanya bulan Rasulullah dilahirkan tetapi pada bulan ini juga beliau diwafatkan oleh Allah SWT, kisah wafatnya begitu menyayat hati kalau kita mengingatnya kembali. Kisah wafatnya Rasulullah sungguh akan menggugah jiwa-jiwa beriman, duka itu masih berbekas walaupun sudah 14 abad berlalu jika kembali untuk dikenang.

 

Seorang sahabat Abdullah bin Mas’ud ra berkata: “Ketika Rasulullah mendekati ajalnya, beliau mengumpulkan kami di rumah ‘Aisyah. Beliau memandang kami tanpa sepatah kata, sehingga kami semua menangis menderaikan air mata. Lalu beliau bersabda: “Semoga Allah menyayangi, menolong dan memberikan petunjuk kepada kalian. Aku berwasiat agar kalian bertakwa kepada Allah. Janganlah kamu berlaku sombong terhadap Allah. Kalau sudah datang ajalku, hendaklah Ali yang memandikan aku, Fudlail bin Abbas yang menuangkan air, dan Usamah bin Zaid membantu mereka berdua. Kemudian kafani aku dengan pakaianku saja manakala kamu semua menghendaki, atau dengan kain Yaman yang putih.

 

Ketika kalian sedang memandikan aku, letakkan aku di atas tempat tidurku di rumahku ini, yang dekat dengan liang kuburku nanti. “Mendengar itu, seketika para sahabat menahan sedih, menangis pilu, sambil berkata: Wahai Rasulullah, engkau adalah utusan untuk kami, menjadi kekuatan jamaah kami, selaku penentu yang selalu memutusi perkara kami, kalau Engkau sudah tiada, lalu kepada siapakah kami mengadukan semua persoalan kami!?” Rasulullah Saw bersabda: “Aku sudah tinggalkan untuk kalian jalan yang benar di atas jalan yang terang benderang, juga aku tinggalkan dua penasehat, yang satu pandai bicara dan yang satu pendiam. Yang pandai bicara yaitu Al-Qur’an, dan yang diam ialah kematian. Manakala ada persoalan yang sulit bagi kalian, maka kembalikan kepada Al Qur’an dan Sunnahku, dan andaikan hati keras seperti batu, maka lenturkan dia dengan mengingat kematian.”

 

Jamaah Jumat hafidhakumullâh,

Ada beberapa hal yang hendaklah selalu diingat dan diwujudkan, sebagai wujud kecintaan kita kepada Rasulullah saw:

Pertama: Ikhlas dan mengikuti tuntunan Rasululllah dalam beribadah, Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam firmanNya:

فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (Al-Kahfi: 110)

Kedua : Konsisten taat kepada Allah SWT.

Saat Umar bin Khattab berteriak lantang dengan penuh kesedihan sambil mengeluarkan pedangnya dan mengucapkan: “Barang siapa yang mengatakan bahwa Muhammad telah mati akan aku tebas lehernya”. Setelah mendengar itu, Abu bakar menutup kembali kain panjang yang menutupi wajah Rasulullah yang mulia, tetesan air mata mengalir membasahi pipi dan janggutnya, ia kemudian bangun dan melangkah keluar menjumpai Umar. Ia tahu perasaan Umar yang tidak dapat menerima kehilangan Rasul. Dia sendiri sedang bergelut dengan kesedihan yang amat dalam. Lalu dia pun berseru dengan nyaring. Seruan itu ditujukan kepada semua yang hadir terutama kepada Umar. “Barang siapa menyembah Nabi Muhammad, sesungguhnya Rasulullah benar-benar telah wafat. Dan barang siapa menyembah Allah, maka Allah tidak pernah mati dan abadi selama-lamanya.” Kemudian beliau membacakan sebuah firman Allah dalam Al-Quran QS ali Imran 144 :

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ

“Dan tidaklah Muhammad itu kecuali seorang Rasul. Sudah berlalu rasul-rasul lain sebelumnya. Karena itu, Apakah jika Nabi Muhammad meninggal dunia atau terbunuh, kamu akan murtad dan kembali kepada agama nenek moyang kamu? Sungguh barang siapa murtad kembali kepada agama nenek moyang, tidak sedikit pun menimbulkan kerugian kepada Allah SWT. Dan Allah akan mengganjarkan pahala bagi orang-orang yang bersyukur.” (Ali Imran:144)


Tiba-tiba Umar terjatuh lemah di atas kedua lututnya. Tangannya menjulur ke
bawah bagaikan kehabisan tenaga. Keringat dingin membasahi seluruh badannya. Bagaikan baru hari itu dia mendengar ayat yang sudah lama disampaikan oleh Rasul kepada mereka. Kini hatinya benar-benar tersentak. “Benarlah baginda telah pergi untuk selama-lamanya. Engkau pergi meninggalkan kami yang amat mencintaimu,” rintih hati Umar. Dan tangis kecintaan tersebut terus merambat ke hati para sahabat dan ke seluruh hati umat sehingga akhir zaman. Kecintaan orang beriman kepada Rasulnya yang tidak pernah putus sekalipun oleh kematian karena kecintaan atas dasar iman itu tetap lestari dan abadi. Walau Rasulullah telah tiada, ketaatan kepada Allah harus terus ada selamanya.

Ketiga : Meneladani kehidupan Rasulullah

Banyak sisi dari kisah kehidupan Rasulullah yang mesti diteladani oleh umat islam, apalagi pada saat sekarang ini, bangsa kita sangat membutuhkan pemimpin yang dapat membimbing bangsa yang bukan hanya selamat dari krisis global, tapi yang lebih penting dari pada itu seorang pemimpin yang juga dapat membimbing bangsa hingga mereka selamat sampai ke akherat kelak.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ

“Sungguh terdapat dalam diri Rasulullah suri tauladan yang baik bagi kalian” (Al-Ahzab: 21)

 

Keempat : Mencintai Rasullullah.

Mencintai Rasulullah adalah kewajiban, membela kehormatan Rasulullah merupakan keharusan, karena itu adalah tanda dari keimanan. Sebagaimana sabda Rasulullah dalam hadist shahih:

لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من ولده ووالده والناس أجمعين

“Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian, hingga aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia” (HR al-Bukhari).

 

Jamaah Jumat hafidhakumullâh,

Rasulullah mengingatkan kita untuk selalu berada dijalan Allah SWT :

وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيماً فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (Al-An’am : 153)

 

Semoga kita semua termasuk orang-orang yang selalu bershalawat dan menjalankan sunnah Rasulullah sebagai bukti cinta kita. Dan kita semua akan mendapatkan cinta dan syafaat dari beliau Rasulullah MuhammadAmiin

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْاَنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنَا وَاِيَّاكُمْ بِالْاَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ فَاسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Gambar tema oleh Ollustrator. Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget