***SELAMAT DATANG DI WEBSITE QUHAS SCHOOL YPT DAR AL-MASALEH JAMBI***
Latest Post

 


Khutbah Jumat

Masjid Guru Makki Bank Jambi

A picture containing person

Description automatically generated Menghadirkan Nabi Muhammad SAW dalam Kehidupan

Ust Dr H Hasbullah Ahmad, MA

(Owner Sekolah Qur’an Hadis dan Sains Jambi, Dosen Tetap Ilmu al-Qur’an, tafsir dan Hadis UIN STS Jambi, Wakil Rois Syuriah PWNU Provinsi Jambi dan Ketua Komite Dakwah Khusus MUI Kota Jambi, Wakil Pimpinan Ponpes PKP al Hidayah Jambi)

 

 الْحَمْدُللهِ الْقَوِيّ سُلْطَانُهْ. اَلْوَاضِحِ بُرْهَانُهْ. اَلْمَبْسُوْطِ فِى الْوُجُوْدِ كَرَمُهُ وَاِحْسَانُهْ. تَعَالَى مَجْدُهُ وَعَظُمَ شَانُهْ. خَلَقَ الْخَلْقَ لِحِكْمَهْ. وَطَوَى عَلَيْهَاعِلْمَهْ. وَبَسَطَ لَهُمْ مِنْ فَائِضِ الْمِنّةِ مَاجَرَتْ بِهِ فِى اَقْدارِهِ الْقِسْمَهْ أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَه اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمۡ وَأَنتَ فِيهِمۡۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمۡ وَهُمۡ يَستَغفِرُونَ

Jamaah yang Dirahmati Allah SWT

Alhamdulillah pada kesempatan Jumat yang mulia ini tepat pada tanggal 6 Rabiul Awwal 1445 H yakni bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, kita masih diberikan rahmat, hidayah, serta inayah oleh Allah SWT sehingga masih bisa mengungkapkan rasa syukur dengan melaksanakan rangkaian ibadah shalat Jumat di masjid ini dalam keadaan sehat wal afiat. Sebagai wujud rasa syukur, marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan dengan sebenar-benar keimanan dan sebaik-baik ketakwaan. Yaitu dengan cara imtitsâlu awâmirillâh wajtinâbu nawâhîhi, yaitu menjalankan apapun yang diperintahkan oleh Allah dan berupaya dengan sungguh-sungguh menjauhi yang dilarang. Sebab dengan jalan takwa inilah Allah menjanjikan kemuliaan bagi hamba, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an: 

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa. (QS Al-Hujurat: 13)

 

Hadirin yang Berbahagia

Di antara nikmat agung yang dianugerahkan Allah dan barangkali banyak dari kita yang tidak menyadari wujud nikmat itu adalah kita dipilih sebagai umat Rasulullah SAW. Keistimewaan menjadi umat Rasulullah yang tidak diberikan kepada ummat nabi sebelumnya yaitu Allah tidak akan memberikan adzab kepada umat Rasulullah selagi berada di lingkungannya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 33 sebagai berikut: 

وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمۡ وَأَنتَ فِيهِمۡۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمۡ وَهُمۡ يَستَغفِرُونَ

Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.

 

Menurut salah satu riwayat yang dikemukakan oleh Al-Qurthubi dalam tafsirnya, ayat ini diturunkan sehubungan dengan Abu Jahal melantunkan doa: 

ٱللَّهُمَّ إِن كَانَ هَٰذَا هُوَ ٱلحَقَّ مِنۡ عِندِكَ فَأَمطِرۡ عَلَينَا حِجَارَةٗ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ أَوِ ٱئتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيم

Ya Allah, jika betul (Al-Qur’an) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.


Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan mengutip perkataan Ibnu Abbas RA bahwa Allah SWT tidak akan menurunkan adzab kepada suatu kaum, sedangkan nabi-nabi mereka berada di antara mereka, hingga Allah mengeluarkan nabi-nabi itu dari kalangan mereka.

 

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

Ayat ini memberikan gambaran, jika bisa menghadirkan Rasulullah dalam kehidupan kita, maka Allah SWT tidak akan menurunkan adzab. Lalu pertanyaannya, bagaimana cara kita menghadirkan Rasulullah dalam kehidupan saat ini?


Pertama, adalah dengan istiqamah menghidupkan sunnah-sunnahnya. Karena dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, Rasulullah bersabda: 

من أحيا سنّتي فقد أحياني ومن أحياني كان معي في الجنّة

Barang siapa menghidupkan sunnahku, maka ia benar-benar menghidupkan aku, dan barang siapa menghidupkan aku, maka ia bersamaku di surga. (HR At-Tirmidzi)


Kata “menghidupkan aku” dalam teks hadits ini tentu yang dimaksud bukanlah secara zhahir Rasulullah SAW kembali hidup secara kasat mata di hadapan kita. Akan tetapi secara maknawi, Nabi selalu tergambar sebagai teladan dalam segala bentuk dan gerak aktivitas keseharian kita. Maka dengan menghidupkan sunnah-sunnahnya, sama dengan sedang menghadirkan Rasulullah SAW dalam kehidupan kita.


Jamaah yang Dimuliakan Allah SWT

Kemudian cara menghadirkan Rasulullah yang kedua adalah dengan memperbanyak ucapan salam penghormatan. Hal ini sebagaimana yang diperintahkan dalam al-Qur’an: 

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS: Al-Ahzab ayat 56)

 

Selain keutamaan shalawat yang begitu besar, ucapan salam juga memiliki keutamaan luar biasa sebagaimana disabdakan dalam sebuah hadits: 

مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلَّا رَدَّ اللَّهُ عَلَيَّ رُوحِي حَتَّى أَرُدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ

Tidaklah seseorang memberikan salam kepadaku melainkan Allah akan mengembalikan nyawaku hingga aku membalas salamnya. (HR Abu Daud)

 

Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW setelah wafatnya masih dapat memberikan salam yang merupakan doa kepada umatnya. Sehingga kalau kita cermati, setiap redaksi salam, lebih banyak menggunakan dhamir mukhatab atau orang yang diajak bicara yang menyiratkan kedekatan Nabi Muhammad dengan kita. Seperti saat duduk tahiyat dengan ucapan salam “assalamu ‘alaika ayyuhan nabi” atau redaksi nasyid sholawat “Ya nabi salam ‘alaika” atau “assalamu ‘alaik zainal anbiya”. Hal ini juga yang menjadi landasan keyakinan bahwa Rasulullah SAW senantiasa hadir dalam majelis-majelis maulid yang diisi dengan bacaan shalawat dan salam untuknya dan kita berdiri menyambutnya.


Maasyiral Muslimin Rahimakumullah.

Demikian khutbah singkat yang penuh keberkahan ini. Semoga kita tetap menanamkan cinta dan terus menghadirkan Rasul dalam setiap segmentasi kehidupan kita dengan akhlaq al Karimah dengan tetap menjaga persatuan dan kedamaian sekalipun kita sedang menghadapi banyak ujian di negara kita, hadapi dengan sabar dan jangan terprovokasi dengan oknum atau media yang sengaja ingin memecah belahkan bangsa kita, demokrasi pemilu pileg, pilkada dan pilpres adalah pesta 5 tahunan dan prosedur memilih pemimpin di negeri kita, maka tetaplah dihadapi dengan riang gembira tanpa ada perselisihan yang dapat mengganggu kedamaian dan kenyamanan bangsa kita yang aman dan damai. Qabul amin ya rabbal ‘alamin..

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْأنِ اْلعَظِيْم، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأيَاتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْم، وَتَقَبَّلْ مِنِّي وَمِنْكُم تِلاَوَتَهُ ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ  أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 


 

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذي وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ الْوَفَا أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

DOWNLOAD PDF DISINI!


Khutbah Jumat Masjid al Minnah :

Mewujudkan Rekonsiliasi

belajar dari Teladan Perdamaian dari Nabi”.

Description: Hasil gambar untuk hasbullah ahmad

Ust Dr H Hasbullah Ahmad MA

(Owner Sekolah Qur’an Hadis dan Sains Jambi, Dosen Tetap Ilmu al-Qur’an, tafsir dan Hadis UIN STS Jambi, Wakil Syuriah NU Provinsi Jambi, Wakil Pimpinan Bidang Pengasuhan Pesantren PKP al Hidayah Pemprov Jambi)


الحَمْدُ للهِ الّذِي خَلَقَ الخَلْقَ لِعِبَادَتِهِ، وَأَمَرَهُمْ بِتَوْحِيْدِهِ وَطَاعَتِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَكْمَلُ الخَلْقِ عُبُودِيَّةً للهِ، وَأَعْظَمَهُمْ طَاعَةً لَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبهِ. اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا

Ayyuhal mukminun yarhamukumullah,

Pada kesempatan kali ini, diakhir bulan shafar dan menuju awal bulan kelahiran nabi Rabi’ul Awwal izinkan khatib berwasiat, khususnya kepada pribadi saya sendiri agar kita senantiasa berupaya memperbaiki keimanan dan meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah dengan berusaha menjalankan perintah dan menghindari larangan-Nya. Marilah juga kita bersama-sama menunjukkan rasa cinta kepada baginda Nabi Muhammad SAW dengan cara mengamalkan tuntunan-tuntunan yang beliau ajarkan.

 

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Ada sebuah kisah yang patut direnungkan. Dahulu, kira-kira lima tahun sebelum Nabi Muhammad SAW menerima mandat kerasulan, bangunan Ka’bah dipugar. Konon penyebab pemugaran itu karena konstruksi Ka’bah yang sudah mulai rapuh. Sejak pertama kali dibangun Nabi Ibrahim dengan dibantu putranya, Nabi Ismail, Ka’bah belum pernah dipugar. Ada banyak riwayat yang menjelaskan perihal pemugaran itu sebagaimana yang tertulis dalam kitab al-Bidayah wa al-Nihayah karya Ibn Katsir. Salah satu riwayat menyebut bahwa kerusakan bangunan Ka’bah disebabkan badai gurun yang terjadi waktu itu.

 

Singkat cerita, bangunan Ka’bah pun diruntuhkan dan diganti dengan konstruksi baru. Namun, ketika sesi peletakan Hajar Aswad terjadilah pertentangan di kalangan pemuka-pemuka kabilah. Masing-masing merasa yang paling pantas mendapat kehormatan untuk meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya semula. Pertentangan dan perselisihan pun tak terelakkan. Bahkan, mereka hampir saling membunuh. Untuk menghindari pertikaian berdarah, kemudian mereka bersepakat: Barangsiapa yang masuk pertama kali ke area Ka’bah keesokan harinya, maka orang itulah yang berhak meletakkan Hajar Aswad.

 

Tak disangka, Nabi Muhammad-lah orang yang pertama kali masuk ke area Ka’bah. Berdasarkan kesepakatan sebelumnya, Nabi Muhammad-lah yang berhak meletakkan kembali Hajar Aswad ke dinding Ka’bah. Tapi Nabi Muhammad bukan sosok yang egois. Dibentangkanlah kain lebar, lalu diletakkanlah Hajar Aswad di atas kain tersebut. Lalu dimintalah semua perwakilan kabilah turut serta memegang tepi kain dan mengangkat Hajar Aswad bersama-sama. 

 

Inilah ikhtiar rekonsiliasi/damai (al-ishlah) yang diteladankan Nabi sehingga perselisihan dan pertikaian menjadi reda. Masih banyak cerita serupa yang menunjukkan kemampuan nabi menjadi rekonsiliator (al-mushlih) ketika terjadi konflik dan polarisasi di tengah-tengah umat. Nabi Muhammad telah banyak menyelesaikan masalah serius yang berpotensi menjadi konflik berdarah dengan arif dan bijaksana.

 

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Kisah ini memberi teladan bagi kita agar senantiasa bisa menjadi rekonsiliator/ pendamai ketika terjadi pertikaian atau konflik di tengah masyarakat. Sikap rekonsiliasi Nabi Muhammad tersebut sejalan dengan penyampaian Al-Qur’an. Dalam banyak ayat, Allah SWT sangat menekankan agar menempuh jalan rekonsiliasi/damai dalam penyelesaian konflik. Misalnya, pada QS. al-Hujarat [49]: 9-10:

وَاِنْ طَاۤىِٕفَتٰنِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اقْتَتَلُوْا فَاَصْلِحُوْا بَيْنَهُمَاۚ فَاِنْۢ بَغَتْ اِحْدٰىهُمَا عَلَى الْاُخْرٰى فَقَاتِلُوا الَّتِيْ تَبْغِيْ حَتّٰى تَفِيْۤءَ اِلٰٓى اَمْرِ اللّٰهِ ۖفَاِنْ فَاۤءَتْ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَاَقْسِطُوْا ۗاِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ

Jika ada dua golongan orang-orang mukmin bertikai, damaikanlah keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat aniaya terhadap (golongan) yang lain, perangilah (golongan) yang berbuat aniaya itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), damaikanlah keduanya dengan adil. Bersikaplah adil! Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bersikap adil.

Pada ayat selanjutnya,

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ ࣖ

Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati.

 

Ayat tersebut berisikan perintah melakukan rekonsiliasi/damai ketika mendapati ada dua kelompok kaum beriman yang saling bertikai. Jangankan pada konflik besar yang melibatkan orang banyak, konflik kecil dalam keluarga pun, Allah mendorong agar memilih jalan rekonsiliasi agar hubungan keluarga dan juga bernegara tetap utuh. Rekonsiliasi adalah pilihan yang terbaik dari penyelesaian konflik, perseteruan dan pertikaian.

 

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Teladan Nabi Muhammad dan penegasan Al-Qur’an tentang rekonsiliasi/damai layak diwujudkan/diaktualisasikan untuk konteks kita saat ini. Apalagi menuju tahun politik 2024 dengan pilpres, pilkada dan pileg, karena kita semua berjabatan tangan dengan saling merangkul untuk mencapai tujuan yang hakiki, karena ini hanyalah pilihan pesta demokrasi untuk memilih pemimpin per 5 tahun, maka ketika konflik dengan latar apa pun sosial maupun politik sering berujung pada anarkisme, penghilangan nyawa manusia atau polarisasi tanpa ujung, maka jalan rekonsiliasi/berdamai menjadi harapan agar keutuhan bangsa, masyarakat, dan keluarga terselamatkan. Sudah menjadi sunatullah, perbedaan itu akan menjadi bagian tak terpisah dari kehidupan manusia sebagaimana Allah tegaskan dalam QS. Hud [11]: 118:

وَلَوْ شَاۤءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلَا يَزَالُوْنَ مُخْتَلِفِيْنَۙ

Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia akan menjadikan manusia umat yang satu. Namun, mereka senantiasa berselisih (dalam urusan agama),

 

Jika perbedaan itu tidak dikelola dengan baik, maka ujungnya pasti konflik. Dan tidak ada yang diharapkan dari konflik, pertikaian, atau permusuhan kecuali kehancuran seperti yang kini dapat disaksikan di banyak negara yang dilanda peperangan akibat konflik yang tak berkesudahan dan tidak memilih jalan rekonsiliasi. Maka, dalam ayat sebelumnya QS. Hud [11]: 117 Allah menjamin tidak akan menghancurkan suatu bangsa jika rakyatnya adalah orang-orang yang menegakkan dan mewujudkan serta mementingkan jalan rekonsiliasi,

وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرٰى بِظُلْمٍ وَّاَهْلُهَا مُصْلِحُوْنَ

Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim sedangkan penduduknya berbuat kebaikan.

Jama’ah Jumat yang dirahmati Allah SWT.

Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga kita tetap menjaga persatuan dan kedamaian sekalipun kita sedang menghadapi banyak ujian di negara kita, hadapi dengan sabar dan jangan terprovokasi dengan media yang sengaja ingin memecah belahkan bangsa kita, demokrasi pemilu pileg, pilkada dan pilpres adalah pesta 5 tahunan dan prosedur memilih pemimpin di negeri kita, maka tetaplah dihadapi dengan riang gembira tanpa ada perselisihan yang dapat mengganggu kedamaian dan kenyamanan bangsa kita yang aman dan damai.

 

Semoga kita juga mampu mewujudkan rekonsiliasi atau ishlah dalam mewujudkan persatuan negara kita menjadi negeri al balad al-Amin (negara yang aman) dengan semboyan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur dengan rahmat dan berkah dari Allah SWT. Amin Ya Rabb al-‘Alamin.....

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ العَظِيْمِ، وَجَعَلَنِي وَإِيَّاكُمْ بِماَ فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ

 

DOWNLOAD PDF DISINI!



Khutbah Jumat

Masjid Miftahurrahmah Jelutung

Description: A picture containing person

Description automatically generated Jaga Lisan tuk jalin Persatuan dan Kedamaian

Ust Dr H Hasbullah Ahmad, MA

(Owner Sekolah Qur’an Hadis dan Sains Jambi, Dosen Tetap Ilmu al-Qur’an, tafsir dan Hadis UIN STS Jambi, Wakil Rois Syuriah PWNU Provinsi Jambi dan Ketua Komite Dakwah Khusus MUI Kota Jambi, Wakil Pimpinan Ponpes PKP al Hidayah Jambi)

 

اَلْحَمْدُ للهِ الْمَوْجُوْدِ أَزَلًا وَأَبَدًا بِلَا مَكَانٍ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ الْأَتَمَّانِ الْأَكْمَلَانِ، عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. ـ أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ  وقال ايضا يَّوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ اَلْسِنَتُهُمْ وَاَيْدِيْهِمْ وَاَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ صدق الله العظيم

Kaum Muslimin yang berbahagia

Di antara maksiat lisan adalah mencaci seorang muslim, melaknatnya, melecehkannya, dan mengatakan setiap perkataan yang menyakiti hatinya tanpa ada sabab syar’i atau alasan yang dibenarkan oleh syariat. Allah SWT Berfirman dalam QS al Ahzab 58 agar kita tidak menyakiti sesama :

وَالَّذِيْنَ يُؤْذُوْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوْا فَقَدِ احْتَمَلُوْا بُهْتَانًا وَّاِثْمًا مُّبِيْنًا ࣖ

Orang-orang yang menyakiti mukminin dan mukminat, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, sungguh, mereka telah menanggung kebohongan dan dosa yang nyata. (QS al Ahzab 58)


Baginda Rasulullah 
SAW bersabda: 

سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوْقٌ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)

Mencaci seorang muslim adalah kefasikan. (HR Al-Bukhari).


Ayat dan Hadits ini menyebut menyakiti atau mencaci seorang muslim sebagai kefasikan karena tergolong dosa besar. Sedangkan melaknat artinya adalah mencaci orang lain serta  mendoakannya agar dijauhkan dari kebaikan dan rahmat Allah. Seperti mengatakan: Semoga Allah melaknatmu, semoga laknat Allah menimpamu, engkau terlaknat, atau engkau termasuk orang yang pantas mendapat laknat Allah. Melaknat seorang Muslim hukumnya dosa besar. 


Baginda
Rasulullah SAW dengan tegas menyatakan: 

لَعْنُ الْمُؤْمِنِ كَقَتْلِهِ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)

Melaknat seorang mukmin serupa dengan membunuhnya. (Muttafaqun ‘alaih).


Mencaci dan melaknat saudara sesama muslim bukanlah sifat seseorang mukmin yang sempurna imannya sebagaimana ditegaskan Nabi 
SAW

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الفَاحِشِ وَلَا البَذِيْءِ (رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالتِّرْمِذِيُّ وَغَيْرُهُمَا)

Seorang mukmin yang sempurna imannya bukanlah seorang pencaci, pelaknat, bukan pula orang yang berkata keji dan kotor. (HR Ahmad, at-Tirmidzi, dan lain-lain).


Bahkan dalam hadits lain, Rasulullah  dengan tegas bersabda: 

إِنَّ شَرَّ النَّاسِ مَنْ تَرَكَهُ النَّاسُ أَوْ وَدَعَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ فُحْشِهِ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)

Sesungguhnya termasuk manusia yang paling buruk adalah seseorang yang ditinggalkan orang lain karena takut akan perkataan keji dan kotornya. (HR Al-Bukhari).


Sebaliknya, mukmin yang baik adalah mereka yang orang lain selamat dari gangguan lidah dan tangannya. Baginda Nabi 
SAW bersabda: 

المُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)

Muslim yang sempurna imannya adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari gangguan lidah dan tangannya. (Muttafaqun ‘alaih).


Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

Oleh karena itulah, mari kita jaga lidah kita. Jangan sampai menjadi sumber bencana bagi diri sendiri maupun orang lain. Lidah bisa menjadi bencana bagi diri sendiri, karena jika tidak hati-hati, ucapan-ucapan yang haram dan mengandung dosa akan meluncur dari lidah kita. Imam al-Ghazali menuturkan: “Lidah adalah nikmat yang agung. Bentuknya kecil. Tapi akibat yang ditimbulkannya bisa sangat besar.” 


Hadirin. Dengan sebab lidah, seorang anak bisa bertengkar dengan kedua orang tuanya. Lantaran karena lidah, bisa terjadi perceraian antara suami istri. Dengan sebab lidah, kerusuhan dan huru-hara dapat meletus di mana-mana dan meluas ke mana-mana. Disebabkan lidah, seseorang bisa membunuh teman atau tetangganya. Dengan sebab lidah, bisa saja terjadi kekacauan yang memporak-porandakan seluruh penjuru negeri. Dan dengan sebab lidah, bisa jadi kita kehilangan sesuatu yang sangat berharga bagi keutuhan sebuah negara, yaitu persatuan dan kesatuan.


Sangat tepat apa yang disabdakan Rasulullah 
SAW

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam. (Muttafaqun ‘alaih).



Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

Suatu ketika, sahabat Abdullah bin Mas’ud Radliyallahu ‘Anhu mendaki gunung Shafa. Setelah tiba di puncaknya, memegang lidahnya sembari berucap: “Wahai lidah, ucapkanlah perkataan yang baik niscaya engkau beruntung. Diamlah dari perkataan yang buruk niscaya engkau selamat. Lakukanlah itu sebelum engkau menyesal. Sungguh aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: 

أَكْثَـرُ خَطَايَا ابْنِ آدَمَ مِنْ لِسَانِهِ (رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ)

Sebagian besar dosa dan kesalahan manusia itu bersumber dari lidahnya. (HR Ath-Thabarani).


Sahabat Nabi yang lain, Mu’adz bin Jabal Radliyallahu ‘Anhu suatu ketika bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: “Apakah kita akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang kita bicarakan?” Rasulullah lalu balik bertanya: 

وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِيْ النَّارِ عَلَى وُجُوْهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ؟ (رَوَاهُ التِّـرْمِذِيُّ)

Adakah sesuatu yang menjerumuskan manusia ke neraka lebih banyak daripada perkataan yang diucapkan lidah-lidah mereka? (HR At-Tirmidzi).


Baginda Nabi juga menasihati: 

إِنَّكَ لَمْ تَزَلْ سَالِمًا مَا سَكَتَّ فَإِذَا تَكَلَّمْتَ كُتِبَ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ (رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ)

Sesungguhnya engkau senantiasa selamat selagi diam, namun jika engkau telah berbicara, maka ucapanmu akan bermanfaat bagimu atau membahayakanmu. (HR Ath-Thabarani).

 
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

Dalam sebuah peribahasa dikatakan: “Terlongsong perahu boleh balik, terlongsong cakap tak boleh balik.” Artinya perkataan yang tajam kerap kali menjadikan celaka diri dan tidak dapat ditarik kembali. Sebab itu jika orang hendak berucap, hendaklah dipikirkan lebih dahulu. Sangat penting bagi kita untuk berpikir sebelum berucap. Berpikir sebelum berkomentar. Berpikir sebelum menulis di medsos. Tulisan adalah salah satu dari dua lisan kita. 


Jika baik dan bermanfaat, kita katakan atau kita tulis. Jika tidak ada manfaatnya atau bahkan berpotensi menimbulkan keburukan, kekacauan dan kesalahpahaman, maka lebih baik diam. Jika ada manfaat di satu sisi, namun ada pula mudaratnya di sisi yang lain, maka kita mengikuti prinsip: Mencegah mafsadah lebih didahulukan daripada menarik maslahah. Saring sebelum sharing. Tidak setiap yang terpikir, kita ucapkan. Tidak setiap kejadian kita komentari. Jangan mengomentari sesuatu yang kita tidak ada ilmu tentangnya. Alih-alih komentar kita menyelesaikan masalah, justru malah menambah dan memperuncing masalah.


Sidang Jumat yang Berbahagia

Menjelang pemilihan umum serentak 2024 atau tahun politik 2024 mendatang, marilah kita jaga persatuan dan kesatuan. Jangan beri peluang sedikit pun kepada para pengadu domba untuk menceraiberaikan kita. Tahan setiap ucapan atau komentar yang berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan. Beda pilihan boleh. Asalkan jangan saling memaki. Beda pendapat boleh. Asalkan jangan saling membenci. Kritikan boleh disampaikan. Asalkan tetap menjaga kesantunan dan kesopanan. Jauhkan lisan kita dari sumpah serapah, mencaci, memaki, mencela, menista, mengejek, melaknat, mengutuk, menghina, mengolok-olok, melecehkan, merendahkan, mencibir, mencemooh, menjelekkan, menghasut, menggunjing, mengadu domba dan memfitnah.


Ingat, setiap apa yang kita ucapkan, lakukan dan yakini akan kita pertanggungjawabkan kelak di akhirat. Allah Taala berfirman:

يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (النور: ٢٤(

Pada hari (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (QS An-Nur: 24) 


Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga kita tetap menjaga persatuan dan kedamaian sekalipun kita sedang menghadapi banyak ujian di negara kita, hadapi dengan sabar dan jangan terprovokasi dengan media yang sengaja ingin memecah belahkan bangsa kita, demokrasi pemilu pileg, pilkada dan pilpres adalah pesta 5 tahunan dan prosedur memilih pemimpin di negeri kita, maka tetaplah dihadapi dengan riang gembira tanpa ada perselisihan yang dapat mengganggu kedamaian dan kenyamanan bangsa kita yang aman dan damai. Serta khutbah ini Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

DOWNLAOD PDF DISINI!




Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Gambar tema oleh Maliketh. Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget