.jpg)
Di sebuah pesantren yang terletak di pinggir kota, ada satu kelas yang selalu ramai. Bukan karena nakal, tapi karena semangat santri-santri yang tak pernah habis. Namun, semangat itu kadang membuat suasana belajar menjadi sulit dikendalikan. Guru-guru sering kewalahan saat mengajar, karena santri-santri cepat bosan, sulit fokus, dan suka mengobrol saat pelajaran berlangsung.
Hingga suatu hari, datanglah seorang guru baru, ustadzah suci. Perawakannya sederhana, suaranya tegas tidak keras, tapi bisa membuat santri semua terdiam. Ia ditugaskan untuk mengajar Akidah akhlak di kelas itu.
Hari pertama mengajar, ustadzah suci kewalahan mendapati beberapa kendala saat mengajar. Berbagai upaya telah dilakukan namun tak kunjung berhasil.
Tidak menyerah. Di hari selanjutnya, ustadzah suci mencoba untuk tidak langsung membuka buku paket. Ia memandang santri satu persatu, lalu tersenyum dan berkata: “Ananda semua.... sebelum kita belajar, ustadzah mau cerita dulu. Cerita ini bukan sembarang cerita. Ini cerita nyata.”
Spontan, kelas yang biasanya ribut langsung hening. Pintu yang sebelumnya terbuka lebar, lampu yang menyala, dan tirai juga terbuka lebar. Dengan semangat tangan-tangan yang mungil itu tergerak secepat kilat menutup pintu, memadamkan lampu, dan menutup tirai kelas.
Melihat perlakuan santri membuat ustadzah suci tersenyum dan mulai bercerita tentang sebuah Lilin yang tak pernah padam. Suaranya pelan, penuh jeda, dengan ekspresi wajah yang serius tapi tidak menyeramkan. Santri-santri merinding, tapi tidak bisa berhenti mendengarkan.
Saat cerita sampai di bagian paling menegangkan tentang suara ketukan terdengar dari arah pintu luar, tiba-tiba bel sekolah pun berbunyi. Dan ustadzah suci hanya berkata pelan: “Bersambung, Insyaallah nanti ustadzah lanjutkan lagi ceritanya ya”
Sejak hari itu, santri berubah. Biasanya kalau jam pelajaran dimulai, santri masih di luar kelas, ada yang makan snack, ada yang ngobrol. Tapi sekarang? Santri duduk manis lima menit sebelum bel berbunyi bahkan melirik ke arah pintu berkali-kali, berharap ustadzah suci segera datang.
Setiap kali melihat sosok ustadzah suci dari ujung lorong, beberapa dari santri langsung berdiri dan berkata sambil tersenyum:
“zah! Lanjutin yang kemarin, ya!”
“Nanti cerita lagi kan, zah?”
“zah horor lagi ya, horor lagi!”. Bahkan sebelum masuk kelas, di depan pintu, suara santri sudah ramai: “zah suci, Jangan lupa cerita yaaa!”
" Zah ana masih ingat cerita kemarin, soalnya ana catat, ayo masuk zah kita cerita lagi". Dan setiap kali itu juga, ustadzah suci hanya tertawa kecil dan menjawab:
“Tapi harus janji dulu, setelah cerita tetap belajar, ya?”
Mereka semua kompak mengangguk. Dan benar saja, setelah cerita selesai, kelas jadi lebih tenang dari biasanya. Rasa penasaran yang memuncak di awal pelajaran membuat mereka lebih fokus di sisa waktu belajar.
Cerita-cerita ustadzah suci selalu bersambung.
Kadang tentang dua kursi yang selalu berpindah tempat di ruang guru, pohon tua yang menangis, atau jam dinding yang berhenti di waktu yang sama setiap malam. Tapi selalu ada makna tersembunyi di balik kisah itu.
Mereka belajar menyimak. Mereka belajar menganalisis. Bahkan, mereka diminta untuk membacakan doa-doa ketika melakukan sesuatu agar terhindar dari marabahaya.
Mereka pun sadar, ustadzah suci tidak hanya sedang bercerita.
Namun juga mengajarkan mereka mencintai kata-kata.
Membuat mereka percaya bahwa membaca, menulis, dan mendengar bisa semendebarkan kisah horor yang diceritakan.
Sekarang, setiap kali ustadzah suci lewat di koridor, tidak ada satu pun dari santri yang tak tersenyum.
“zah, nanti masuk ke kelas kami lagi ya!”
“Jangan lupa cerita kemarin dilanjukan lagi ya!”
"Besok cerita lagi kan, zah? Jangan lupa sambungannya!"
Dan setiap kali itu juga, ustadzah suci hanya mengangguk, dengan senyum misterius seperti biasa, seolah menyimpan satu cerita lagi yang belum sempat Ia ceritakan.
Pesan dari Cerita Ini:
Kadang, bukan materi pelajaran yang membuat anak-anak mencintai kelas, tapi cara seorang guru membuat mereka menunggu setiap menit kebersamaan di dalamnya.
Lewat cerita, seorang guru bisa membuka pintu ke dunia imajinasi
dan menyelipkan pelajaran di tempat yang paling tidak terduga, di tengah rasa penasaran dan senyuman yang tulus.
Posting Komentar