الْحَمْدُ ِللهِ، الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ
حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ
كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ سُبْحَانَكَ
اللَّهُمَّ لَا أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى
نَفْسِكَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ
وَخَلِيْلُهُ، خَيْرُ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ
بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ
إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا
اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا
النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ
اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
Maasyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah Jumat ini,
penting bagi kita untuk senantiasa menguatkan ketakwaan kepada Allah SWT
sebagai modal penting dalam menjalani kehidupan yang terus berubah dengan cepat
saat ini. Takwa akan menjadi kompas yang akan mengarahkan diri kita pada apa
yang harus kita lakukan dan apa yang harus dijauhi sesuai dengan syariat yang
telah ditentukan oleh agama Islam.
Perubahan zaman yang sangat
cepat, sering mengakibatkan turbulensi atau guncangan sehingga kita perlu
menguatkan ketakwaan agar bisa menjadi modal yang kuat untuk menghadapinya.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an QS. Al-Baqarah: 197:
وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ
التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ
“Berbekallah karena
sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai
orang-orang yang mempunyai akal sehat.”
Jama’ah Jumat yang
berbahagia,
Perkembangan teknologi
digital telah menghadirkan perubahan besar dalam kehidupan manusia. Informasi
tersebar dengan cepat, jarak terasa semakin dekat, dan peluang untuk belajar
maupun bekerja terbuka luas. Dengan teknologi digital, akses informasi semakin
terbuka. Hampir semua orang dapat memperoleh ilmu, berita, atau wawasan hanya
dengan sentuhan jari.
Dengan era digitalisasi,
kesempatan usaha dan kreativitas juga semakin beragam. Platform digital memberi
ruang bagi siapa pun untuk berbisnis, berkarya, bahkan menyalurkan hobi menjadi
penghasilan.
Kita juga bisa
berkomunikasi, berkolaborasi, bahkan bekerja lintas negara dan budaya. Era saat
ini membuka ruang bagi kita untuk menyuarakan pendapat, berbagi ide, dan ikut
terlibat dalam perubahan sosial.
Namun, Jamaah Jumat
rahimakumullah,
Di balik keterbukaan itu
juga ada tantangan, seperti penyalahgunaan informasi, hoaks yang perlu disikapi
dengan literasi digital dan nilai-nilai etika. Di balik semua kemudahan itu,
tersimpan tantangan besar, terutama bagi generasi muda yakni ancaman degradasi
moral.
Generasi muda adalah aset
berharga umat dan bangsa. Jika mereka terseret arus negatif dari dunia digital,
maka masa depan umat akan terancam. Oleh sebab itu, Islam telah memberikan
panduan bagaimana membina akhlak agar generasi muda tetap terjaga di tengah
derasnya arus perubahan zaman. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا
أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Wahai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At-Tahrim: 6)
Ayat ini mengingatkan bahwa
tanggung jawab menjaga moral bukan hanya pada individu, tetapi juga orang tua,
pendidik, dan masyarakat.
Jama’ah Jumat
rahimakumullah,
Perlu kita sadari bahwa,
zaman digital menyajikan dua wajah yakni peluang dan ancaman. Generasi muda
bisa mengakses beragam ilmu dari beragam narasumber dunia melalui media sosial.
Namun di saat yang sama, mereka juga bisa terjerumus ke dalam jurang maksiat
karena mudahnya akses konten negatif.
Fenomena cyberbullying,
kecanduan gawai, perilaku konsumtif, hingga pornografi menjadi bukti nyata
dampak buruk teknologi yang tidak dikendalikan.
Islam telah memberikan
solusi dalam menghadapi perubahan zaman di antaranya dengan menanamkan akidah
dan akhlak sejak dini.
Akidah adalah fondasi iman
agar tertanam kuat dan menjadi benteng dari segala godaan dunia maya. Dengan
akidah yang kokoh, anak-anak kita akan mampu membedakan mana yang bermanfaat
dan mana yang berbahaya, bahkan tanpa pengawasan langsung.
Para generasi muda juga
harus dibekali dengan literasi digital dan pemahaman bagaimana menggunakan
teknologi secara benar. Literasi digital Islami berarti tidak sekadar melek
teknologi, tetapi juga beradab dalam penggunaannya. Generasi muda harus
diajarkan cara memfilter konten, menghindari hoaks, serta menjaga adab dalam
berkomentar.
Mereka harus dididik untuk
memanfaatkan media sosial untuk hal positif seperti sarana dakwah, berbagi
ilmu, dan kebaikan. Mereka harus diberikan pemahaman bahwa setiap aktivitas dan
postingan di media sosial memiliki konsekuensi dan akan dimintai
pertanggungjawaban di hadapan Allah swt. Dengan begitu, teknologi menjadi
sarana jariyah pahala, bukan jariyah dosa. Rasulullah telah mengingatkan dalam
sabdanya:
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً،
فَلَهُ أَجْرُهَا، وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، مِنْ غَيْرِ أَنْ
يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ، وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً
سَيِّئَةً، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ،
مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
“Barangsiapa yang membuat
sunnah hasanah dalam Islam maka dia akan memperoleh pahala dan pahala orang
yang mengikutinya, dengan tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan
barangsiapa yang membuat sunnah sayyi’ah dalam Islam maka ia akan mendapatkan
dosa dan dosa orang yang mengikutinya, dengan tanpa mengurangi dosa mereka
sedikit pun,” (HR Muslim).
Jama’ah Jumat yang dirahmati
Allah,
Untuk memperkuat upaya ini
perlu juga dibangun lingkungan sehat yang mampu memberi pengaruh positif mulai
dari keluarga, lingkungan, dan juga komunitas-komunitas generasi muda.
Lingkungan sangat
memengaruhi perkembangan akhlak remaja. Komunitas yang positif akan membentuk
pribadi yang baik, sementara lingkungan buruk bisa menghancurkan karakter
mereka.
Dalam keluarga, orang tua
harus menciptakan suasana rumah yang penuh kasih sayang dan menetapkan aturan
penggunaan gawai. Di tengah masyarakat, para pendidik dan masyarakat harus
mendorong remaja untuk aktif dalam kegiatan positif guna menumbuhkan kepekaan
sosial dan pembentukan karakter yang tangguh dan kuat, tidak mudah menyerah,
tidak gampang mengeluh, dan memiliki optimisme yang tinggi.
Maasyiral Muslimin
rahimakumullah,
Generasi muda adalah harapan
kita bersama yang akan meneruskan tongkat estafet peradaban. Zaman digital
memang membawa banyak tantangan, tetapi dengan akidah yang kuat, literasi
digital Islami, lingkungan yang sehat, dan ketekunan dalam ibadah, insya Allah
mereka bisa menjadi generasi khairu ummah, umat terbaik yang
mampu memanfaatkan teknologi untuk kebaikan, bukan untuk kerusakan.
Kita semua pasti
menginginkan generasi muda kita seperti yang termaktub dalam Al-Qur’an:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ
تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kamu adalah umat terbaik
yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar, serta beriman kepada Allah.” (QS. Ali ‘Imran: 110)
Maasyiral Muslimin
rahimakumullah,
Semoga generasi muda kita
tumbuh menjadi pribadi yang kuat iman, luas ilmu, dan mulia akhlaknya, sehingga
mampu membawa kebaikan dan kemaslahatan di tengah derasnya arus digitalisasi
dunia. Karena Akhlaq menjadi kunci dalam kehidupan ini, Syauqi Beik seorang penyair bijak
mengatakan :
إِنَّمَا
الأُمَمُ الأَخْلاَقُ مَا بَقِيَتْ . فَإِنْ هُمُّوْ ذَهَبَتْ أَخْلاَقُهُمْ
ذَهَبُوْا
Hidup
dan bangunnya suatu bangsa (Ummat)
tergantung pada akhlaknya, jika mereka tidak lagi menjunjung tinggi norma-norma
akhlakul karimah, maka bangsa itu akan musnah bersamaan dengan
keruntuhan akhlaknya.
Semoga di akhir masa bulan kelahiran Nabi atau akhir Rabiul
Awal 1447 H ini kita terus membangun kesadaran digital dengan akidah yang
kokoh, Akhlaq yang sempurna sejak dini sehingga kita dapat mewujudkan kehidupan
bermasyarakat kita menjadi lebih baik. Amin ya rabbal alamin.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى
اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ
وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ
هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ
العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Posting Komentar