Khutbah Jumat
Masjid Nurul Islam Kebun
Daging Kota Jambi
Bencana
sebagai Alarm Peringatan dari Alam
Khatib : Ust Dr H Hasbullah Ahmad, MA
(Owner Sekolah Qur’an Hadis dan Sains Jambi, Dosen Tetap Ilmu al-Qur’an, tafsir dan Hadis UIN STS Jambi, Wakil Rois Syuriah PWNU Provinsi Jambi dan Ketua Komite Dakwah Khusus MUI Kota Jambi, Wakil Pimpinan Ponpes PKP al Hidayah Jambi)
DOWNLOAD FILE PDF DISINI!
اَلْـحَمْدُ
لِلّٰهِ الَّذِي أَنْعَمَ عَلَيْنَا نِعَمًا، وَأَظْهَرَ فِي الْكَوْنِ آيَاتٍ
تُذَكِّرُنَا حِكَمًا، وَبَسَطَ لَنَا فِي الْأَرْضِ خَيْرًا نَجْنِيهِ فَهْمًا،
وَنَبَّهَنَا إِلَى مَا نُحْدِثُهُ فِيهَا رَشَدًا وَاهْتِمَامًا. أَشْهَدُ أَنْ
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ إِقْرَارًا وَوَعْيًا
وَالْتِزَامًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الَّذِي هَدَانَا نُورًا وَرَحْمَةً وَسَلَامًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا
الْمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ تَعَالَى ، وَقَدْ
قَالَ:وَاتَّقُوا اللّٰهَ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
Jamaah kaum
muslimin yang dirahmati oleh Allah,
Segala puji kita
panjatkan ke hadirat Allah Swt, Tuhan yang senantiasa mencurahkan karunia
kepada kita tanpa henti. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada
junjungan kita Nabi Muhammad Saw yang menunjukkan kita jalan kebenaran dengan
akhlak yang lembut dan ajaran yang berkah, juga kepada keluarganya para
sahabat, dan seluruh umat Islam yang meneladani sunnah-sunnahnya hingga hari
akhir.
Jamaah kaum muslimin
yang dirahmati oleh Allah,
Marilah kita menguatkan
ketakwaan kepada Allah Swt dengan memperbanyak amal yang diridhai dan menjaukan
diri dari setiap larangan-Nya. Karena setiap tingkah laku kita akan diketahui
dan dicatat oleh-Nya. Sebagaimana firman Allah Swt yang terkandung dalam surat
Al-Maidah ayat 8:
وَاتَّقُوا اللّٰهَ اِنَّ
اللّٰهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
Artinya: “Bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Jamaah kaum muslimin
yang dirahmati oleh Allah,
Jika kita menengok
keadaan alam saat ini, khususnya di Indonesia, maka kita akan melihat begitu
banyak perubahan yang mengkhawatirkan. Sungai yang dulu jernih kini keruh dan
tercemar oleh limbah serta sampah. Udara yang seharusnya menjadi sumber
kehidupan justru dipenuhi asap dan polusi. Hutan yang dahulu rimbun, tempat
berbagai makhluk hidup dengan ekosistemnya, kini banyak yang hilang akibat
pembabatan penggundulan hutan tanpa reboisasi.
Semua kerusakan itu,
terjadi karena ulah kita sebagai umat manusia yang enggan merawat alam. Yakni,
ketika kita lebih mementingkan keuntungan sesaat daripada kelestarian, ketika
keserakahan mengalahkan kepedulian, dan ketika hawa nafsu lebih kuat daripada
tanggung jawab.
Allah Swt telah
mengingatkan kita dengan sangat jelas nan tegas bahwa kerusakan yang tampak di
darat maupun di laut bukanlah sesuatu yang hadir begitu saja tetapi
akibat ulah kita sebagai manusia, agar kita sadar, kembali, dan memperbaiki
diri. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Ar-Rum ayat 41:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى
الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ
الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
Artinya: “Telah tampak
kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui
hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka
agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Jamaah kaum muslimin
yang dirahmati oleh Allah,
Al-Baidhawi dalam
Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, jilid 4, halaman 208 menjelaskan, makna fasad
yang berarti kerusakan pada QS. Ar-Rum ayat 41 tersebut, sebagai berbagai
bencana alam yang tampak di darat dan laut, karena ulah manusia.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي
الْبَرِّ وَالْبَحْرِ كَالْجَدْبِ وَالْمَوْتَانِ وَكَثْرَةِ الْحَرْقِ
وَالْغَرَقِ وَإِخْفَاقِ الْغَاصَّةِ وَمَحْقِ الْبَرَكَاتِ وَكَثْرَةِ
الْمَضَارِّ، أَوِ الضَّلَالَةِ وَالظُّلْمِ وَقِيلَ الْمُرَادُ بِالْبَحْرِ قُرَى
السَّوَاحِلِ، وَقُرِئَ: وَالْبُحُورِ. بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ بِشُؤْمِ
مَعَاصِيْهِمْ أَوْ بِكَسْبِهِمْ إِيَّاهُ
Artinya: “(Kerusakan di
darat dan di laut) itu tampak dalam bentuk kekeringan, kematian, banyaknya
kebakaran dan tenggelam (banjir atau tsunami), gagalnya usaha, hilangnya
keberkahan, meningkatnya mudarat (kesialan), atau berupa kesesatan dan
kezaliman. Dan ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan laut adalah
desa-desa pesisir, dan terdapat pula qira’ah dengan lafaz al-buhur. (Semua itu)
disebabkan oleh apa yang diperbuat tangan manusia yakni karena buruknya dampak
maksiat mereka atau karena perbuatan mereka sendiri.”
Jamaah kaum muslimin
yang dirahmati oleh Allah, Fenomena alam yang kita saksikan hari ini,
menunjukkan tanda-tanda kerusakan yang nyata. Banjir datang lebih sering, suhu
udara sekitar pemukiman menjadi tidak stabil dan cenderung panas, hutan terus
menyusut, dan polusi ada di mana-mana. Semua ini bukan terjadi tanpa sebab,
melainkan akibat dari ulah kita sebagai manusia tamak yang mengabaikan
keseimbangan dan melampaui batas yang Allah tetapkan bagi bumi. Bencana
yang terjadi seakan mengajak kita untuk merenung, melihat kembali cara kita
memperlakukan bumi, dan memperbaiki kesalahan yang telah diperbuat. Allah
menegaskan dalam QS. Asy-Syura ayat 30:
وَمَآ اَصَابَكُمْ مِّنْ
مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍۗ
Artinya: “Musibah apa
pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan (Allah)
memaafkan banyak (kesalahanmu).”
Wahbah Az-Zuhaili dalam
Tafsir al-Munir, jilid 25, halaman 72 menegaskan, musibah atau bencana yang
menimpa manusia tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi memiliki keterkaitan
dengan perbuatan manusia. Ia menjelaskan bahwa berbagai bencana dan keadaan
yang tidak menyenangkan, seperti sakit, kekeringan, tenggelam, petir, gempa,
dan semisalnya, sering kali muncul sebagai konsekuensi dari perbuatan yang dilakukan
kepada alam.
Jamaah kaum muslimin
yang dirahmati oleh Allah, Kita memahami bahwa kerusakan alam dan bencana yang
terjadi bukan sekadar peristiwa natural atau hanya takdir Tuhan semata, tetapi
sangat terkait dengan perilaku kita yang mengabaikan kelestarian. Ketika
keseimbangan alam dirusak, maka dampaknya akan kembali kepada manusia, sebagai
pengingat agar kita memperbaiki sikap dan menghentikan kebiasaan yang merugikan
lingkungan.
Rasulullah
Saw mengingatkan hal itu dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim, bersumber dari Abu Sa’id al-Khudri:
إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ
خَضِرَةٌ، وَإِنَّ اللّٰهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ
تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا، وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ
فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ
Artinya: “Sesungguhnya
dunia itu manis lagi hijau. Dan sungguh, Allah menjadikan kalian sebagai
pengelola (khalifah) di dalamnya untuk melihat bagaimana kalian beramal. Maka
berhati-hatilah terhadap godaan dunia, dan berhati-hatilah terhadap godaan
perempuan, karena fitnah pertama yang menimpa Bani Israil adalah pada urusan
perempuan.” (HR. Muslim)
Untuk itu, marilah kita
jaga dan rawat alam ini dengan penuh kesadaran sebagai bagian dari ketakwaan
kita kepada Allah Swt. Mari kita mulai dengan langkah-langkah kecil seperti
mengurangi sampah, menjaga kebersihan lingkungan, menanam pohon, serta
menghindari perbuatan yang merusak alam. Semoga Allah menjadikan kita menjadi
hamba-Nya yang amanah dalam memelihara bumi dan menjauhkan kita dari musibah.
Aamiin ya rabbal alamin.
بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ
فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ
اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ
اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ
الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
.jpg)
Posting Komentar