“PERCAKAPAN SI KECIL DAN TUHANNYA”
by Fajar Fatkhurrohman
Di sudut kamar yang gelap gulita
Sunyi, berbicara tanpa suara
Seorang anak kecil duduk bersila
Menatap layar, yang menampilkan derita
Tsunami besar di tanah Aceh tercinta.
Gambar-gambar ombak menggulung ribuan nyawa
Tangis dan doa memenuhi udara
Ia terdiam, tak mampu bicara
Hanya hatinya yang mulai bertanya-tanya
“Tuhan…
Tahun itu aku lahir
Tapi mengapa bumi-Mu menangis deras?
Air laut menerjang membawa nestapa tanpa batas
Jerit dan doa bercampur mengikuti ombak yang menghantam keras
Apa salah mereka yang Kau ambil tanpa bekas?”
Tuhan mendengar dari langit yang jauh
Namun terasa dekat di dada yang luluh
Menyusup hening ke hati yang rapuh
Saat dunia runtuh dalam duka yang tak kunjung sembuh.
“Lalu dibisikkan-Nya dengan suara yang lembut dan utuh:”
Jangan risau bila dunia serasa gemuruh
Aku selalu dekat meski tampak jauh
Bukan semata-mata untuk membuatmu jatuh
Tapi untuk menguatkanmu saat harapan luruh
Agar kau tahu, kasih-Ku tak pernah runtuh.”
Lalu… Tuhan
Bolehkah suatu hari aku ke sana?
Bukan untuk bermain di pantai atau berfoto ria
Tapi sekedar untuk menaruh doa…
Di antara batu-batu yang menyimpan air mata.”
Tuhan pun tersenyum dalam keabadian
Dan dalam hati anak itu tertanam harapan:
Bahwa langkah kecilnya kelak, akan menjejak
Di tanah yang pernah digulung ombak.
“Detik demi detik terus berlalu ….”
Dulu aku berdoa dalam tangis bisu
Kini aku duduk di ruang kuliah yang syahdu
Membaca takdir-Mu di setiap waktu.
Tuhan tak menjawab dengan suara
Tapi lewat ilmu dan luka yang mengajar makna.
Dulu aku hanya tahu kehilangan
Kini aku paham: itu awal perjuangan.
Langkah kecilku kini menjejak pasti
Di tanah yang dulu ditangisi.
Dan Tuhan pun tersenyum dari langit tinggi:
“Lihatlah nak, inilah bentuk cinta-Ku yang sejati.”
Di sana ia ingin berucap,
Bukan dengan mulut, tapi dengan napas
Bahwa ia lahir di tahun duka
Namun tumbuh dengan cinta dan segudang makna.
Fajar Fatkhurrohman
Guru MI Quhas Primary School
.jpg)

Posting Komentar