Anak Berhati Emas
Penulis : nopi paradilla suardi
Mentari pagi mulai menampakkan sinarnya, menyinari halaman sekolah yang asri. Suara burung berkicau bersahutan, menambah indahnya suasana pagi.
Pada Jum'at pagi seperti biasa, sekolahku memulai kegiatan dengan pembacaan surah yasiin.
Dimana setiap pagi jum'at di tiap-tiap gedung sekolah akan di suguhkan dengan pandangan yang indah, guru dan murid bersama-sama membaca surah yasin.
lantunan demi lantunan ayat suci al-qur'an bergema di seluruh gedung, membuat diri semakin khusyuk dalam ke khidmatan...
Namun disela-sela ke khidmatan itu, terdengar suara tangis dari salah satu muridku yang sedari tadi menangis tepat di sampingku.
Belakangan ini dia sangat sulit untuk berpisah dari orang tua yang mengantar dia kesekolah, Hingga membuat aku sedikit kewalahan menghadapinya. Sudah berbagai cara jurus yg aku keluarkan untuk menanganinya agar dia tetap tenang, namun dia masih tersedu-sedu menangis.
aku merangkulnya dan lanjut membaca surah yasin.
saat aku sedang khusyuk membaca surah yasin, dia masih tetap menangis. Namun fokus ku teralihkan pada satu anak yang mencuri pandangku. dia anak yang terkenal usil, jahil dan suka membuat kerusuhan di kelasnya, Ntah kenapa mataku tertuju padanya.
dia menghampiri anak yang menangis di sampingku. kiraku dia ingin mengejek atau menertawakannya, namun ternyata dia bertanya pada sang anak itu "mengapa kamu menangis?" sembari merangkul si anak tadi agar si anak tenang.. (Maa syaa Allah kataku dalam hati).
Ku perhatikan lagi tingkahnya. Setelah merangkul dan menenangkan temannya, dia menyodorkan lengan bajunya untuk mengelap air mata temannya (melihat pemandangan itu, akupun tersenyum)
Ku perhatikan terus mereka sembari mengikuti bacaan yasiin. Ternyata dia kesulitan untuk menyodorkan lengan bajunya ke teman yg menangis tadi karna postur badannya yg besar membuat dia kesulitan untuk menjangkau wajah temannya. melihat aku di samping anak yang menangis tadi, dia mengambil kain bawah jilbab ku untuk menghapus tangis anak tadi. tidak ada penolakan dariku, karna diriku tersihir oleh perlakuannya.
setelah berhasil menghapus air mata temannya, si anak tadi mengambil jam tangan punya dia untuk di pakaikan ke temannya yg menangis tadi sembari berkata padaku "ana mau pakaikan jam tangan ini ke dia ustadzah biar dia ga nangis lagi". aku hanya mengangguk dan benar saja si anak yang menangis tadi langsung terdiam saat jam itu sudah melingkar di tangannya. melihat anak tadi terdiam diapun berkata lagi padaku "tuh kan ustadzah dia gak nangis lagi, mau beli jam tangan itu dia ustadzah". mendengar itu sontak aku terkekeh oleh perkataannya.
ternyata di balik tingkah lakunya yang bisa dibilang kurang baik di mata guru-guru, namun ternyata dia mempunyai sifat perhatian, solidaritas, dan penyayang. ibarat manusia itu seperti buku, ada yang menipu dari covernya, dan ada juga yang membuat takjub dengan isinya.
Jadi jangan pernah kita menilai seseorang dari cover depannya saja, Kita tidak akan pernah tau apa yang ada dalam isi buku jika kita tidak membacanya sampai selesai. Begitupun dengan manusia, kita tidak akan pernah tau seseorang jika kita belum kenal dekat dengannya.
Posting Komentar