الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ
السَّكِيْنَةَ عَلَى قُلُوْبِ اْلمُسْلِمِيْنَ المُؤْمِنِيْنَ أَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ اْلحَقُّ اْلمُبِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدِ الأَمِيْنِ اللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلمِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ المَبْعُوْثِ رَحْمَةً
لِلْعَالَمِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ
إِلَّا بِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ
أَمَّا بَعْدُ
أَيُّهاَ اْلحَاضِرُوْنَ
اْلمُسْلِمُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ. قَالَ
اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ
مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
Jamaah
shalat Jumat Rahimakumullah.
Kesehatan
dan iman adalah nikmat paling mahal saat ini. Betapa banyak saudara dan sahabat
sekitar kita yang tidak diberikan dua nikmat istimewa tersebut. Ada yang diberi
kesehatan, namun tidak digerakkan hatinya untuk melaksanakan ibadah shalat
Jumat. Demikian pula tidak sedikit yang berusaha agar bisa menjalankan shalat
Jumat berjamaah, namun terkendala dengan kesehatan yang tidak memungkinkan.
Maka marilah kita terus berusaha dan berupaya dalam meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah swt. Karena hanya dengan modal iman dan takwa, kita
semua bisa menjadi hamba yang selamat di dunia dan akhirat.
Hadirin
yang Dimuliakan Allah SWT.
Hakikat
diciptakannya manusia adalah untuk menghamba kepada Allah SWT. Untuk tujuan ini
pula Allah mengutus para rasul untuk menyeru kepada umat manusia supaya
menunaikan kewajiban itu. Tak hanya seruan untuk menyembah Allah, para rasul
juga bertanggung jawab menjauhkan mereka dari ketundukan kepada selain Allah,
termasuk kepada kesemena-menaan, penjajahan, penindasan, atau semacamnya. Misi
para rasul tersebut tampak dalam surat An-Nahl ayat 36 sebagai berikut:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ
رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Sungguh
telah Kami utus kepada setiap umat seorang Rasul (yang mengajak) sembahlah
Allah dan tinggalkanlah thaghut. (QS
An-Nahl: 36)
Secara bahasa, thaghut berakar kata dari thaghâ yang
bermakna melampaui batas. Dalam Tafsir Al-Quran Al-Azim, Ibnu Katsir
menafsirkan thaghut sebagai menyembah sesuatu selain Allah. Menurut
pakar tafsir Qur'an Prof Quraish Shihab, thaghut mengacu pada
segala macam kebatilan, baik dalam bentuk berhala, ide-ide yang sesat, manusia
durhaka, atau siapa pun yang mengajak pada kesesatan, beliau juga mengartikan thaghut sebagai
"tiran yang merusak".
Hampir semua ulama tafsir sepakat bahwa thaghut identik dengan
tindakan di luar batas sebagai bentuk kedurhakaan kepada Allah. Thaghut adalah
berhala-berhala yang tak hanya bisa berbentuk patung, tapi juga kondisi-kondisi
yang menjauhkan manusia dari ketundukkan hanya kepada Allah. Dalam sejarah,
para rasul diutus juga untuk membebaskan dan memerdekakan umatnya dari belenggu
itu semua, dan mewujudkan umat yang merdeka dalam ketaatan kepada Allah SWT.
Jamaah
Jumat yang Berbahagia.
Nabi
Ibrahim saat diutus oleh Allah mendapati masyarakatnya berkubang dalam keimanan
yang rusak. Patung-patung berhala dipertuhankan, termasuk oleh ayahandanya
sendiri yakni Azar. Dengan strategi yang matang, Nabi Ibrahim pun berjuang
menyadarkan mereka bahwa berhala tak memiliki kekuatan apa-apa. Memuliakannya
atau bahkan menganggapnya sebagai tuhan merupakan kesesatan yang nyata.
Tugas Nabi Ibrahim makin berat ketika kesesatan tersebut ditopang kekuasaan
zalim Raja Namrud. Ia mesti mengatasi dua persoalan sekaligus, yakni
membebaskan umat dari berhala sekaligus memerdekakan mereka dari tiran yang
merusak yakni Namrud. Allah menolong Nabi Ibrahim, termasuk ketika beliau
dibakar oleh penguasa yang sewenang-wenang tersebut.
Perjuangan
yang mirip juga dialami oleh Nabi Musa. Bahkan, Nabi Musa tidak hanya
menghadapi orang yang menyembah selain Allah, melainkan raja yang mengaku
sebagai tuhan itu sendiri. Fir'aun dengan segenap kesombonganya mengaku diri sebagai
tuhan dan berupaya melenyapkan semua orang yang menentangnya. Umat Nabi Musa
pun berada dalam penindasan yang parah, baik secara jasmani maupun rohani. Nabi
Musa hadir untuk menaklukkan penindasan ini dan mengajak umat untuk kembali ke
jalan Allah secara merdeka.
Jamaah
Jumat Hafidhakumullâh
Apa
yang dialami Rasulullah Muhammad SAW sesungguhnya juga tak jauh dari jejak para
nabi pendahulunya. Seruan masuk Islam Nabi Muhammad bersamaan dengan kebejatan
moral yang akut di tanah Arab, fanatisme suku-suku hingga sering terjadi
peperangan, paganisme, penghinaan atas martabat kaum perempuan, dan lain
sebagainya.
Risalah baginda Nabi Muhammad SAW hadir untuk memerdekakan umat yang sedang
dalam kegelapan tersebut menuju jalan cahaya yang diridhai Allah atau minadh
dhulumâti ilân nûr. Melalui ajaran tauhid, Nabi Muhammad menghapus semua
klaim paling mulia dan berkuasa selain Allah SWT. Beliau membawa kepada arah
masyarakat yang setara, dan mengingatkan bahwa kemuliaan diukur dengan tingkat
ketakwaan atau inna akramakum 'inda-Llâhi atqâkum, bukan dengan
hirarki perbedaan suku, strata ekonomi, jenis kelamin, atau identitas sosial
lainnya.
Dengan fakta ini, tak berlebihan jika kita menyebut perjuangan Rasulullah
Muhammad SAW sebagai perjuangan kemerdekaan yang luar biasa. Sebuah ikhtiar
sungguh-sungguh membebaskan masyarakat dari dan kemerosotan moral dan sistem
masyarakat yang menindas saat itu. Revolusi dan reformasi yang dilakukan Nabi
mencakup aspek spiritual dan material sehingga menciptakan peradaban yang lebih
manusiawi. Rasulullah bukan cuma mengajak manusia untuk hanya tunduk dan
menghamba kepada Allah, tapi juga melaksanakan konsekuensi dari ajaran tauhid
ini, yakni bersikap baik kepada seluruh makhluk Allah--termasuk manusia--dengan
penuh kasih sayang.
Sikap
ini selaras dengan misi utama diutusnya baginda Nabi Muhammad SAW:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً
لِلْعَالَمِينَ
Dan
tiadalah Kami mengutusmu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam. (Al-Anbiya’: 107)
Jamaah
Jumat yang Berbahagia
Fakta
kenyataan sejarah hidup di dunia ini. Setiap penindasan, penjajahan, dan
penyimpangan selalu menghendaki perjuangan total untuk melakukan perubahan.
Para nabi terdahulu meneladankan itu semua bukan saja dengan pengorbanan harta,
tenaga, dan pikiran tapi bahkan risiko hilangnya nyawa. Nabi Ibrahim mengalami
dilempar ke dalam api yang sedang berkobar, Nabi Musa menjadi buronan Fir’aun,
serta Nabi Muhammad SAW yang berkali-kali mengalami percobaan pembunuhan
dari musuh-musuh dedengkotnya.
Ini pula yang dilakukan para ulama, tokoh, dan segenap elemen bangsa lainnya seperti
dalam sejarah kemerdekaan Republik Indonesia. Keringat dan darah rela mereka
korbankan untuk membebaskan umat dari penindasan yang memang menjadi musuh
setiap agama, termasuk Islam. Sebab, kemerdekaan adalah syarat mutlak dari
terciptanya kondisi aman. Sedangkan keamanan adalah prasyarat bagi setiap
insan untuk tenang dan khusyuk menunaikan ibadah kepada Allah SWT.
Jama’ah jumat yang diberkati Allah SWT.
Setelah
merdeka, apa yang mesti kita lakukan?
Pertama, tidak lain adalah menjalankan fungsi pokok diciptakannya
manusia, yakni menghamba secara total kepada Allah. Dijalankannya fungsi
kehambaan ini juga menjadi tujuan dari risalah tiap-tiap rasul.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ
وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Tidaklah
Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku. (QS al Zariyat 56)
Kedua, membangun peradaban manusia yang mencerminkan ketaatan
kepada nilai-nilai ketuhanan. Termasuk dalam hal ini adalah mengembangkan
semangat rahmatan lil ‘alamin, kasih sayang kepada manusia,
binatang, dan alam/lingkungan dengan menghindari sikap semena-mena, serakah,
dan zalim.
Jama’ah
jumat yang diberkati Allah SWT.
Kita harus
mengisi kemerdekaan ini dengan hal-hal positif sesuai dengan posisi kita
masing-masing. Yang petani mari terus bekerja untuk menjadi pahlawan pangan di
era modern. Yang guru mari terus didik para generasi bangsa untuk menjadi
penerus tongkat estafet peradaban luhur. Termasuk para pelajar dan generasi
muda, mari terus tingkatkan kualitas diri dengan belajar sungguh-sungguh untuk
terus merawat kemerdekaan dan keamanan negara ini sampai akhir nanti. Dan
tentunya semua profesi harus bersama-sama mengisi kemerdekaan ini dengan
hal-hal positif. Kita tak boleh menjadi orang yang tak tahu berterima kasih dan
orang yang melupakan sejarah bagaimana bangsa ini didirikan. Jangan sampai kita
menjadi orang yang malah merusak tatanan damai bangsa kita tercinta ini.
Akhirnya, Jama’ah Jumat yang dirahmati Allah SWT. Semoga kemerdekaan yang telah diraih bangsa Indonesia ke 78
menjadi semangat bagi kita untuk menjaga NKRI dari rongrongan orang orang yang
ingin memecah belahkan kita dengan ujaran kebencian, hoak dan media social,
maka mari kita bersama terus melaju untuk Indonesia maju, sehingga keamanan
akan terus kita rasakan yang berbuah kepada semakin kuatnya keimanan dan
ketakwaan kita pada Allah swt. Amin Ya Rabb…
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى
اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ
وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ
هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ
العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
DOWNLOAD PDF DISINI!
Posting Komentar