Khutbah Jumat
Masjid al Minnah Kota
Baru Jambi
Pergeseran Nilai dalam
Kehidupan Modern
Ust Dr H Hasbullah Ahmad, MA
(Owner Sekolah
Qur’an Hadis dan Sains Jambi, Dosen Tetap Ilmu al-Qur’an, tafsir dan Hadis UIN
STS Jambi, Wakil Rois Syuriah PWNU Provinsi Jambi dan Ketua Komite Dakwah
Khusus MUI Kota Jambi, Wakil Pimpinan Ponpes PKP al Hidayah Jambi).
DOWNLOAD PDF DISINI!
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ،
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ.
ثُمَّ رَدَدْنٰهُ اَسْفَلَ سٰفِلِيْنَ. اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا
الصّٰلِحٰتِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِي لَا نَبِيَّ
بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَاماً دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى
يَوْمِ القِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى
اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا
خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ
لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ
عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ فيا ايها الناس اتقوالله حق تقاته ولا تموتن الا وانتم مسلمون.
Ma'asyiral muslimin jamaah Jumat rahimakumullah.
Di hari Jumat yang penuh berkah ini, tepat pada tanggal
9 Zulkaidah 1445 H kita sebagai Umat Islam, harus senantiasa mewujudkan rasa
syukur dengan terus memperkuat ketakwaan kepada Allah swt dengan meneguhkan
komitmen untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Takwa
seperti rambu-rambu jalan raya yang mengarahkan kita untuk berada pada jalur
benar sehingga sampai tujuan dengan selamat.
Terlebih di era perkembangan zaman yang modern dan
sangat cepat saat ini, berbagai hambatan dan gangguan sering muncul dalam
kehidupan dan mampu menimbulkan hal-hal yang tidak kita inginkan. Dengan takwa
sebagai bekal perjalanan, maka Insyaallah kita akan senantiasa dalam lindungan
Allah swt. Dalam QS Al-Baqarah ayat 197 disebutkan:
وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ
خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ ۚ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah
takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.”
Ma'asyiral muslimin jamaah Jumat rahimakumullah.
Perubahan zaman yang cepat saat ini di satu sisi
menjadikan kehidupan manusia semakin mudah, imbas dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Namun di sisi lain, dampak negatif sudah mulai
dirasakan dan perlu kita renungi serta dicarikan Solusi atau jalan keluar agar
tidak menjadikannya kebiasaan buruk dalam kehidupan di tengah-tengah
masyarakat.
beberapa khatib paparkan perubahan nilai di tengah masyarakat-masyarakat
modern yang patut kita renungi bersama.
Pertama, gelar dan ijazah semakin tinggi namun tak menggambarkan
kualitas diri. Mulai terlihat orang-orang yang mementingkan gelar dan ijazah
dari ilmu yang bermanfaat dan keberkahan. Dalam tataran praktiknya, ilmu yang
dipelajari tidak berbanding lurus dengan kompetensi, kualitas, dan prilaku
hidup sehari-hari. Padahal sejatinya, sekolah, kuliah, dan berbagai cara
mencari ilmu adalah pekerjaan yang luhur jika orientasinya bukan untuk
kepentingan duniawi semata.
Kedua, alat masyarakat semakin canggih tapi penyakit
semakin bermacam-macam. Kesehatan serta kekuatan tubuh manusia saat ini semakin
rendah. Saat ini dengan mudah kita jumpai alat-alat canggih dalam bidang masyarakat
namun kekuatan tubuh manusia semakin rentan terhadap penyakit. Jika orang tua
kita dulu masih bisa ke kebun dan ke sawah di usia 80 tahunan, saat ini jarang
ditemukan orang tua pada umuran tersebut melakukan aktivitas berat. Bisa jadi
ini akibat pola asya dan berbagai jenis makanan modern yang dikonsumsi saat
ini.
Ketiga, sering pergi kemana-mana tapi tak kenal
tetangga. Fakta sosial ini masyarakat temukan di masyarakat, khususnya di masyarakat
perkotaan. Bagaimana sikap individualis masyarakat modern saat ini muncul
ditandai dengan menurunnya kepekaan sosial pada lingkungannya.
Budaya gotong royong seperti kerja bakti, berkumpul dan
bersosialisasi dengan lingkungan sudah mulai berkurang. Padahal jika terjadi
sesuatu hal, maka tetanggalah yang menjadi orang terdekat yang dimintai
bantuan. Semua patut menjadi renungan kita bersama.
Ma’asyiral muslimin jamaah Jumat rahimakumullah.
Keempat, rata-rata penghasilan semakin tinggi tapi
ketentraman hati dan jiwa semakin berkurang. Seiring perkembangan zaman,
berbagai macam peluang pekerjaan bermunculan. Kondisi ini menjadikan masyarakat
mudah memilih pekerjaan sesuai dengan keinginannya dan kecenderungan
penghasilan masyarakat saat ini lebih tinggi dari sebelumnya.
Namun jika tidak dilandasi dengan kepedulian sosial,
rasa syukur dan senantiasa ingat kepada Allah, kegersangan hati akan muncul.
Kondisi ini akan berdampak negatif bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Ar-Ra’du ayat 28:
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا
وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ
تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat
Allah hati akan selalu tenteram.”
Kelima, semakin banyak teman di dunia maya tapi tidak
punya sahabat di dunia nyata. Alangkah mudahnya saat ini berteman di media
sosial. Cukup dengan ‘klik’ saja kita bisa mendapatkan banyak teman. Namun
keasyikan bermedia sosial dengan teman banyak ternyata berpengaruh pada
kurangnya bersosialisasi di dunia nyata sehingga masyarakat kini tidak memiliki
sahabat banyak di dunia nyata. Ada istilah “Yang jauh didekatkan dan yang dekat
dijauhkan” akibat asik bermedia sosial.
Kemudahan komunikasi juga menjadikan kita dengan mudah
mengatur waktu untuk bertemu dengan orang lain. Namun saat bertemu, tidak
jarang kita malah sibuk bermain HP sendiri dan tidak mempedulikan orang di
sekitar kita.
Dampak lain dari perkembangan di era saat ini adalah
teknologi informasi semakin canggih namun fitnah dan hoaks juga semakin
merajalela. Sehingga kita perlu hati-hati dan waspada saat menerima berita atau
informasi apapun di media sosial. Kita harus melakukan tabayun, klarifikisasi,
atau dengan seksama mengecek kebenaran dari informasi yang diterima.
Allah swt telah mengingatkan dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 6:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ
اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا
قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik
datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu
tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuan(-mu) yang berakibat kamu
menyesali perbuatanmu itu.”
Terakhir, ilmu semakin tersebar tapi adab dan akhlak
semakin pudar. Ada pergeseran nilai saat ini di mana ilmu tidak lagi meresap di
dalam hati namun hanya sebatas diingat dalam otak. Sehingga dengan mudah kita
bisa mendapatkan ilmu namun akhlak dan adab semakin pudar. Naudzu billah.
Kejadian generasi muda yang kurang akhlaknya melakukan
berbagai macam jenis tindakan tidak bermoral menjadi contoh rapuhnya pendidikan
moral di era saat ini.
Fakta juga bisa ditemukan bagaimana saat ini kita bisa
belajar ilmu apapun dengan mudah namun penghormatan kepada guru semakin
berkurang. Guru sebagai penyambung ilmu dan nilai-nilai moral kurang dihargai dan
sering menjadi kambing hitam dalam masalah pendidikan. Padahal guru menurut
Rasulullah adalah posisi yang penuh dengan kebaikan dan Rasulullah juga
merupakan seorang guru.
كُلٌّ عَلَى خَيْرٍ
هَؤُلَاءِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ وَيَدْعُونَ اللَّهَ فَإِنْ شَاءَ أَعْطَاهُمْ
وَإِنْ شَاءَ مَنَعَهُمْ وَهَؤُلَاءِ يَتَعَلَّمُونَ وَإِنَّمَا بُعِثْتُ
مُعَلِّمًا فَجَلَسَ مَعَهُمْ
“Mereka semua berada dalam kebaikan. Kelompok pertama
membaca Al-Qur'an dan berdoa kepada Allah, jika Allah berkehendak Dia akan memberi
(apa yang diminta) mereka. Sementara kelompok yang kedua belajar mengajar, dan
sesungguhnya aku diutus untuk menjadi guru.” (HR Ibnu Majah).
Ma'asyiral muslimin jamaah Jumat rahimakumullah.
Demikian beberapa renungan yang perlu kita sadari untuk
kita hadapi dan kikis bersama agar tidak berubah menjadi tradisi negatif yang
kemudian bisa menghancurkan sendi-sendi kehidupan bersama di tengah-tengah
masyarakat.
Hidup boleh terus berubah tapi Tauhid, Syariah dan
Akhlaq sebagai benteng harus terus kita sempurnakan, Semoga Allah senantiasa
menurunkan hidayahnya kepada kita sehingga kita senantiasa memiliki budaya,
tradisi, dan peradaban yang mulia. Amin Ya Rabb…
بَارَكَ الله لِي
وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ
آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ
العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Posting Komentar