Khutbah Idul Adha 1444 H/2023 M
Bersikap Memerlukan Pengorbanan
(Spirit Berbagi,
Berkorban dan Berjuang)
Ust Dr. H Hasbullah Ahmad, M.A.
(Owner Sekolah Qur’an Hadis dan
Sains Jambi, Dosen Tetap Ilmu al-Qur’an, Tafsir dan Hadis Universitas Islam
Negeri Jambi, Wakil Rois Syuriah PW NU Provinsi Jambi, Wakil Direktur Pondok
Pesantren PKP al Hidayah Jambi)
اَللهُ
أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ
أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً
وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ
وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ
وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.
الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانِ
وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي
بِمَزَايَا وَفَضَائِلِ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى
الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وِعَلَى
آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ،
فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ فَقَدْ قَالَ
اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ.
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ .وقال ايضا :
وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا
وَمَن كَفَرَ فَإِ نَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنِ ٱلْعَٰلَمِينَ وقال تعالى يَا اَيُّهَا
الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Jama’ah Sholat Idul Adha Rahimakumullah.
Pada hari yang mulia ini, 10 Dzulhijah 1444 H
seluruh umat Islam di seantero dunia memperingati hari raya Idul Adha atau hari
raya qurban. Sehari sebelumnya, 9 Dzulhijah 1444 H, jutaan umat Islam yang
menunaikan ibadah haji wukuf di Arafah, berkumpul di Arafah dengan memakai
ihram putih sebagai lambang kesetaraan derajat manusia di sisi Allah, tidak ada
keistimewaan antar satu bangsa dengan bangsa yang lainnya kecuali takwa kepada
Allah.
يٰٓاَيُّهَا
النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا
وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ
ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” QS
Al-Hujaraat (49):13
Peringatan hari raya ini tak bisa dilepaskan dari peristiwa bersejarah ribuan
tahun silam ketika Nabi Ibrahim as, dengan penuh ketaqwaan, memenuhi perintah
Allah untuk menyembelih anak yang dicintai dan disayanginya, Nabi Ismail as.
Atas kekuasaan Allah, secara tiba-tiba yang justru disembelih oleh Nabi Ibrahim
as telah berganti menjadi seekor kibas (sejenis domba). Peristiwa itulah yang
kemudian menjadi simbol bagi umat Islam sebagai wujud ketaqwaan seorang manusia
mentaati perintah Allah swt. Ketaqwaan Nabi Ibrahim kepada Allah swt diwujudkan
dengan sikap dan pengorbanan secara totalitas, menyerahkan sepenuhnya kepada
sang Pencipta dari apa yang ia percaya sebagai sebuah keyakinan. Allah
swt berfirman dalam Qur’an Surat Yusuf (12) ayat 111,’
لَقَدْ كَانَ فِيْ
قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۗ مَا كَانَ حَدِيْثًا يُّفْتَرٰى
وَلٰكِنْ تَصْدِيْقَ الَّذِيْ بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيْلَ كُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى
وَّرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ ࣖ
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat
pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita
yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Jama’ah Sholat Idul Adha Rahimakumullah.
Al-Qur’an sedemikian memuliakan Nabi Ibrahim alaihi
salam. Sehingga Nabi Ibrahim alaihi salam dikenal sebagai (abu
al-anbiya’) bapak para Nabi. Lalu mengapakah Allah demikian memuliakannya?
Apakah karena keturunannya, ataukah karena hartanya, atau kah karena
kekuatannya, keperkasaannya? Ah, ternyata bukan. Rupanya Nabi Ibrahim alaihi
salam dikenang hingga akhir zaman karena keteguhannya memegang amanah Allah,
dan kerelaannya mengorbankan segala miliknya demi Allah SWT.
Sejarah perjalanan hidup Nabi
Ibrahim alaihi salam adalah sejarah manusia yang paling sukses dalam menjalani
hidup, meski ia berangkat dari nol. Sukses berdakwah dalam kondisi sulit dan
sukses menjaga amanah ketika telah mulai memanen hasil jerih keringat
dakwahnya.
Nabi Ibrahim ‘alaihi salam memulai Dakwah sebagai seseorang yang harus
berhadapan dengan penguasa yang dzalim dan kuat. Harus melewati hukuman yang
berat dan tidak memungkinkannya selamat, kecuali atas izin Allah. Setia menjaga
isterinya yang sedang mengandung keturunannya, menemaninya hingga ke sebuah
tempat yang sangat jauh dari daerahnya semula. Menjalani kehidupan dengan
normal dan tetap menyerukan ayat-ayat Allah dengan bijaksana, agar umatnya tak
kembali lagi ke jalan yang dimurkai Allah SWT.
Akan tetapi Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah, bagi Nabi Ibrahim alaihi
salam, cobaan yang demikian rupanya belumlah seberapa, ternyata..., cobaan terberatnya adalah ketika
ia harus merelakan putera tercintanya, Ismail, untuk dikorbankan, kepada Allah
dengan cara disembelih. Putera yang beberapa waktu setelah kelahirannya segera
ditinggalkan untuk memenuhi seruan Allah SWT. Kerelaan Nabiyullah Ibrahim
alaihi salam untuk menyembelih puteranya inilah yang terus kita peringati
hingga sekarang sebagai Idul Adha sebagaimana Firman Allah SWT :
فَلَمَّا بَلَغَ
مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ
اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ
سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku
melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa
pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar".(QS Ash Shaffat [37]:102).
Allahu Akbar, Allahu Akbar
Walillahilhamd,
Hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,
Kata
kurban dalam bahasa arab berarti mendekatkan diri. Dalam fiqh Islam dikenal
dengan istilah udh-hiyah, sebagian ulama mengistilahkannya an-nahr
sebagaimana yang dimaksud dalam QS Al-Kautsar (108): 2,
فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah“
Akan tetapi, pengertian korban bukan sekadar menyembelih binatang korban dan
dagingnya kemudian disedekahkan kepada fakir miskin. Akan tetapi, secara
filosofis, makna korban meliputi aspek yang lebih luas.
Dalam konteks sejarah, dimana umat Islam menghadapi berbagai cobaan, makna
pengorbanan amat luas dan mendalam. Sejarah para nabi, misalnya Nabi Muhammad
dan para sahabat yang berjuang menegakkan Islam di muka bumi ini memerlukan
pengorbanan. Sikap Nabi dan para sahabat itu ternyata harus dibayar dengan
pengorbanan yang teramat berat yang diderita oleh Umat Islam di Mekkah ketika
itu. Umat Islam disiksa, ditindas, dan sederet tindakan keji lainnya dari kaum
kafir Quraisy. Rasulullah pernah ditimpuki dengan batu oleh penduduk Thaif,
dianiaya oleh ibnu Muith, ketika leher beliau dicekik dengan usus onta, Abu
Lahab dan Abu Jahal memperlakukan beliau dengan kasar dan kejam. Para sahabat
seperti Bilal ditindih dengan batu besar yang panas ditengah sengatan terik
matahari siang, Yasir dibantai, dan seorang ibu yang bernama Sumayyah, ditusuk
kemaluan beliau dengan sebatang tombak.
Tak hanya itu, umat Islam di Mekkah ketika itu juga diboikot untuk tidak
mengadakan transaksi dagang. Akibatnya, bagaimana lapar dan menderitanya keluarga
Rasulullah SAW. saat-saat diboikot oleh musyrikin Quraisy, hingga beliau
sekeluarga terpaksa memakan kulit kayu, daun-daun kering bahkan kulit-kulit
sepatu bekas.
Sejarah nabi Yusuf as yang disiksa dan dibuang ke sebuah sumur tua oleh para
saudaranya sendiri adalah bagian dari pengorbanan beliau menegakkan kebenaran.
Sejarah nabi Musa as yang mengalami tekanan, tidak hanya dari Fir’aun, tetapi
juga kaumnya, adalah juga wujud dari pengorbanan beliau.
Pengorbanan
Nabi Suaib juga dikisahkan dalam QS Al-A’raf (7), ayat 88,
قَالَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ اسْتَكْبَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖ لَنُخْرِجَنَّكَ
يٰشُعَيْبُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَكَ مِنْ قَرْيَتِنَآ اَوْ لَتَعُوْدُنَّ
فِيْ مِلَّتِنَاۗ قَالَ اَوَلَوْ كُنَّا كٰرِهِيْنَ
”Pemuka-pemuka dari kaum Syu’aib yang menyombongkan diri
berkata: ”Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu’aib dan orang-orang yang
beriman bersamamu dari kota kami, kecuali kamu kembali kepada agama kami”.
Berkata Syu’aib: ”Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak
menyukainya?” (QS al-A’raf 88)
Dalam sejarah perjuangan bangsa, para pahlawan mengorbankan jiwa raga, harta
benda untuk kemerdekaan bangsanya. Jenderal Sudirman harus keluar masuk hutan
memimpin tentara Indonesia berjuang melawan Belanda. Sikap para tokoh bangsa
yang dipenjara, dibuang, dan disiksa adalah sebagai wujud dari keyakinan mereka
akan kebenaran. Ribuan nyawa yang mati adalah pengorbanan mereka terhadap
negeri ini. Tentu saja, mereka berkorban atas dasar sikap yang mereka percaya
sebagai sebuah kebenaran. Pengorbanan para pemuda di berbagai tempat di
Indonesia menghadapi penjajah, adalah sebagai wujud dari sikap mereka
mempertahankan kemerdekaan bangsa.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,
Dalam
konteks keseharian kita, pengorbanan juga bisa dilihat dari pengorbanan seorang
pemimpin yang berusaha untuk mensejahterakan rakyatnya, pengorbanan seorang
isteri terhadap suami dan anak-anaknya, serta sebaliknya, anak terhadap kedua
orang tuanya.
Seorang pemimpin yang adil terhadap rakyatnya dan berusaha memberikan
kontribusinya bagi negaranya adalah wujud pengorbanan. Seorang suami sebagai
kepala rumah tangga berjuang membanting tulang demi menafkahi dan membahagiakan
keluarganya. Seorang istri mengabdi setia kepada suaminya juga sebagai wujud
pengorbanan. Orang tua yang mendidik dan membesarkan anak-anaknya sehingga
menjadi berhasil, adalah juga wujud pengorbanan.
Maka dalam konteks kekinian, pengorbanan Nabi Ibrahim
alaihi salam tersebut harus tetap kita apresiasikan. Baik dalam bentuk ubudiyah
mahdohnya dengan menjalankan haji bagi yang mampu وَلِلَّهِ عَلَى
النَّاسِ حِجُّ البَيْتِ مَنْ اِسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا
serta berkurban hewan ternak bagi umat Islam yang memiliki cukup kelebihan harta
untuk melaksanakannya.
Namun demikian, kita juga harus senantiasa menginterpretasikan atau menafsirkan
keteguhan ketaatan dan ketabahan dalam kisah nabi Ibrahim alaihi salam tersebut
zaman kita hidup saat ini sebagai
inspirasi hidup. Ketabahan Nabi Ibrahim alaihi
salam untuk merelakan puteranya dapat kita wujudkan dalam kerelaan kita untuk
berbagi kebahagiaan dengan para tetangga, lingkungan dan saudara-saudara umat
Islam lainnya di manapun mereka berada.
Syariat Allah yang telah dilaksanakan sejak zaman nabi Ibrahim alaihi salam
memiliki manfaat yang sedemikian luas hingga ke seluruh penjuru jagad. Baik
manfaat secara ekonomi, sosial maupun budaya. Karena itu Qurban ikhlas hanya
untuk Allah SWT, karena yang Allah dapatkan bukan daging dan darahnya akan
tetapi ketaqwaan kita semua, Allah SWT berfirman :
لَنْ يَّنَالَ
اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ
“Daging-daging dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai
(keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang dapat mencapainya.” (Al-Hajj: 37)
Maka Berqurban juga
berarti upaya menyembelih hawa nafsu dan memotong kemauan syahwat yang selalu
menyuruh kepada kemungkaran dan kejahatan. Seandainya sikap menyembelih hawa
nafsu ini dimiliki oleh umat Islam, subhanallah, umat Islam akan maju
dalam segalanya. Betapa tidak,
bagi yang berprofesi sebagai guru, ia berkurban dengan ilmunya. Pengusaha ia
berkurban dengan bisnisnya yang fair dan halal. Politisi ia berkurban demi
kemaslahatan umum dan bukan kelompoknya. Pemimpin ia berkurban untuk kemajuan
rakyat dan bangsanya bukan untuk pribadinya dan begitu seterusnya.
Kita berani menyembelih kemauan pribadi yang bertentangan
dengan kemauan kelompok, atau keinginan pribadi yang bertentangan dengan
syariat. Bahkan kemauan kelompok namun bertentangan dengan perintah Allah swt.
Dengan semangat ini, bentuk-bentuk kejahatan akan bisa diminimalisir bahkan
dihilangkan di bumi pertiwi NKRI ini.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,
Sekedar
merenungi kembali momentum Idul Qurban, Kesanggupan Nabi Ibrahim menyembelih
anak kandungnya sendiri Nabi Ismail, bukan semata-mata didorong oleh perasaan
taat setia yang membabi buta (taqlid), tetapi meyakini bahwa perintah Allah
s.w.t. itu harus dipatuhi. Bahkan, Allah Taala memberi perintah seperti itu
sebagai peringatan kepada umat yang akan datang bahwa adakah mereka sanggup
mengorbankan diri, keluarga dan harta benda yang disayangi demi menegakkan
perintah Allah.
Hidup
adalah satu perjuangan dan setiap perjuangan memerlukan pengorbanan. Tidak akan
ada pengorbanan tanpa kesusahan. Justeru kesediaan seseorang untuk melakukan
pengorbanan termasuk uang satu rupiah, tenaga dan waktu, akan benar-benar
menguji keimanan seseorang.
Peristiwa
berkorban Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail merupakan satu noktah kejadian yang
dapat direnungi oleh semua manusia dari semua level usia dan latar belakang
tingkat pendidikan. Dengan kata lain, semangat berkorban adalah tuntutan paling
besar yang ada dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun, agama bangsa dan
negara.
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Jama’ah Sholat Idul Adha Rahimakumullah.
Mari kita sadari betapa Allah
telah memberi kita dengan karuniaNya yang banyak. Sebagai makhluk yang tahu
berterima kasih dan bersyukur, marilah kita mendekat kepada
Allah dengan Qurban dan Haji. Jangan
pernah tinggalkan shalat, lalu tunaikanlah Zakat, Jalankanlah Puasa dan
Tunaikanlah Haji bila mampu.
Seseorang menjadi besar karena
jiwanya besar. Tidak ada jiwa besar tanpa jiwa yang punya semangat berkorban.
Berkat رُوْحُ البَذْلِ وَالتَّضْحِيَّةِ وَالمُجَاهَدَةِ spirit
berbagi, berkorban dan berjuang, ummat ini telah menjadi ummat yang besar,
bergengsi dan disegani dunia dalam sejarahnya. Mari kita kembalikan kebesaran
serta gengsi ummat ini dengan menyemai semangat memberi, berkorban dan
mujahadah pada diri dan keluarga kita dengan nilai al-Qur’an dan Hadis, Adat
bersendi Syara, Syara bersendi Kitabullah dalam kerangka NKRI menuju kehidupan
yang diberkahi.
Semoga Allah SWT, senantiasa menganugerahkan kita
semangat berkurban untuk mewujudkan persatuan, perdamaian dan kebahagian sehingga
negeri kita
menjadi negara yang
senantiasa dirahmati dan diberkati Allah SWT. Apalagi dalam menghadapi tahun
politik 2024 dan semoga saudara-saudari kita yang sedang berhaji,
menjadi haji yang mabrur/mabrurah
dan sehat kembali ke Indonesia dengan membawa berkah untuk kedamaian negeri
kita tercinta, dan semoga Allah mengijabah do’a kita untuk dapat menunaikan
Haji dan Umroh dengan Ridha dan berkah dari Allah SWT. Amin Ya Rabb
al-Alamin..
أعُوْذُ بِاللهِ
مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا
أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ
الْأَبْتَرُ بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي
وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ
وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا
اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Posting Komentar