Khutbah Jumat
Masjid Miftahurrahmah Jelutung
Jaga Lisan tuk jalin Persatuan dan
Kedamaian
Ust Dr H
Hasbullah Ahmad, MA
(Owner
Sekolah Qur’an Hadis dan Sains Jambi, Dosen Tetap Ilmu al-Qur’an, tafsir dan
Hadis UIN STS Jambi, Wakil Rois Syuriah PWNU Provinsi Jambi dan Ketua Komite
Dakwah Khusus MUI Kota Jambi, Wakil Pimpinan Ponpes PKP al Hidayah Jambi)
اَلْحَمْدُ
للهِ الْمَوْجُوْدِ أَزَلًا وَأَبَدًا بِلَا مَكَانٍ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ
الْأَتَمَّانِ الْأَكْمَلَانِ، عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ
عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ
بَعْدَهُ. ـ أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ
كِتَابِهِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا
اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ
مُّسْلِمُوْنَ وقال
ايضا يَّوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ اَلْسِنَتُهُمْ وَاَيْدِيْهِمْ وَاَرْجُلُهُمْ
بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ صدق الله العظيم
Kaum
Muslimin yang berbahagia
Di
antara maksiat lisan adalah mencaci seorang muslim, melaknatnya, melecehkannya,
dan mengatakan setiap perkataan yang menyakiti hatinya tanpa ada sabab
syar’i atau alasan yang dibenarkan oleh syariat. Allah SWT Berfirman dalam
QS al Ahzab 58 agar kita tidak menyakiti sesama :
وَالَّذِيْنَ يُؤْذُوْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنٰتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوْا فَقَدِ احْتَمَلُوْا بُهْتَانًا وَّاِثْمًا
مُّبِيْنًا ࣖ
Orang-orang yang menyakiti mukminin dan
mukminat, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, sungguh, mereka telah
menanggung kebohongan dan dosa yang nyata. (QS al Ahzab 58)
Baginda Rasulullah SAW bersabda:
سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوْقٌ
(رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)
Mencaci
seorang muslim adalah kefasikan.
(HR Al-Bukhari).
Ayat dan Hadits ini menyebut menyakiti atau
mencaci seorang muslim sebagai kefasikan karena tergolong dosa besar. Sedangkan
melaknat artinya adalah mencaci orang lain serta mendoakannya agar
dijauhkan dari kebaikan dan rahmat Allah. Seperti mengatakan: Semoga Allah
melaknatmu, semoga laknat Allah menimpamu, engkau terlaknat, atau engkau
termasuk orang yang pantas mendapat laknat Allah. Melaknat seorang Muslim
hukumnya dosa besar.
Baginda Rasulullah SAW dengan tegas menyatakan:
لَعْنُ الْمُؤْمِنِ كَقَتْلِهِ
(مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
Melaknat
seorang mukmin serupa dengan membunuhnya. (Muttafaqun ‘alaih).
Mencaci dan melaknat saudara sesama muslim bukanlah sifat seseorang mukmin yang
sempurna imannya sebagaimana ditegaskan Nabi SAW:
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ
وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الفَاحِشِ وَلَا البَذِيْءِ (رَوَاهُ أَحْمَدُ
وَالتِّرْمِذِيُّ وَغَيْرُهُمَا)
Seorang
mukmin yang sempurna imannya bukanlah seorang pencaci, pelaknat, bukan pula
orang yang berkata keji dan kotor.
(HR Ahmad, at-Tirmidzi, dan
lain-lain).
Bahkan dalam hadits lain, Rasulullah dengan tegas bersabda:
إِنَّ شَرَّ النَّاسِ مَنْ تَرَكَهُ
النَّاسُ أَوْ وَدَعَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ فُحْشِهِ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)
Sesungguhnya
termasuk manusia yang paling buruk adalah seseorang yang ditinggalkan orang
lain karena takut akan perkataan keji dan kotornya. (HR Al-Bukhari).
Sebaliknya, mukmin yang baik adalah mereka yang orang lain selamat dari
gangguan lidah dan tangannya. Baginda Nabi SAW bersabda:
المُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ
الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
Muslim
yang sempurna imannya adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari
gangguan lidah dan tangannya.
(Muttafaqun ‘alaih).
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
Oleh
karena itulah, mari kita jaga lidah kita. Jangan sampai menjadi sumber bencana
bagi diri sendiri maupun orang lain. Lidah bisa menjadi bencana bagi diri
sendiri, karena jika tidak hati-hati, ucapan-ucapan yang haram dan mengandung
dosa akan meluncur dari lidah kita. Imam al-Ghazali menuturkan: “Lidah adalah
nikmat yang agung. Bentuknya kecil. Tapi akibat yang ditimbulkannya bisa sangat
besar.”
Hadirin. Dengan sebab lidah, seorang anak bisa bertengkar dengan kedua orang
tuanya. Lantaran karena lidah, bisa terjadi perceraian antara suami istri.
Dengan sebab lidah, kerusuhan dan huru-hara dapat meletus di mana-mana dan
meluas ke mana-mana. Disebabkan lidah, seseorang bisa membunuh teman atau tetangganya.
Dengan sebab lidah, bisa saja terjadi kekacauan yang memporak-porandakan
seluruh penjuru negeri. Dan dengan sebab lidah, bisa jadi kita kehilangan
sesuatu yang sangat berharga bagi keutuhan sebuah negara, yaitu persatuan dan
kesatuan.
Sangat tepat apa yang disabdakan Rasulullah SAW:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ
وَاليَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
Barang
siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik
atau diam. (Muttafaqun
‘alaih).
Maasyiral
Muslimin Rahimakumullah
Suatu
ketika, sahabat Abdullah bin Mas’ud Radliyallahu ‘Anhu mendaki gunung
Shafa. Setelah tiba di puncaknya, memegang lidahnya sembari berucap: “Wahai
lidah, ucapkanlah perkataan yang baik niscaya engkau beruntung. Diamlah dari
perkataan yang buruk niscaya engkau selamat. Lakukanlah itu sebelum engkau
menyesal. Sungguh aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda:
أَكْثَـرُ خَطَايَا ابْنِ آدَمَ مِنْ
لِسَانِهِ (رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ)
Sebagian
besar dosa dan kesalahan manusia itu bersumber dari lidahnya. (HR Ath-Thabarani).
Sahabat Nabi yang lain, Mu’adz bin Jabal Radliyallahu ‘Anhu suatu
ketika bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: “Apakah
kita akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang kita bicarakan?”
Rasulullah lalu balik bertanya:
وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِيْ
النَّارِ عَلَى وُجُوْهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ
أَلْسِنَتِهِمْ؟ (رَوَاهُ التِّـرْمِذِيُّ)
Adakah
sesuatu yang menjerumuskan manusia ke neraka lebih banyak daripada perkataan
yang diucapkan lidah-lidah mereka? (HR At-Tirmidzi).
Baginda Nabi juga menasihati:
إِنَّكَ لَمْ تَزَلْ سَالِمًا مَا
سَكَتَّ فَإِذَا تَكَلَّمْتَ كُتِبَ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ (رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ)
Sesungguhnya
engkau senantiasa selamat selagi diam, namun jika engkau telah berbicara, maka
ucapanmu akan bermanfaat bagimu atau membahayakanmu. (HR Ath-Thabarani).
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
Dalam
sebuah peribahasa dikatakan: “Terlongsong perahu boleh balik, terlongsong cakap
tak boleh balik.” Artinya perkataan yang tajam kerap kali menjadikan celaka
diri dan tidak dapat ditarik kembali. Sebab itu jika orang hendak berucap,
hendaklah dipikirkan lebih dahulu. Sangat penting bagi kita untuk berpikir
sebelum berucap. Berpikir sebelum berkomentar. Berpikir sebelum menulis di
medsos. Tulisan adalah salah satu dari dua lisan kita.
Jika baik dan bermanfaat, kita katakan atau kita tulis. Jika tidak ada
manfaatnya atau bahkan berpotensi menimbulkan keburukan, kekacauan dan kesalahpahaman,
maka lebih baik diam. Jika ada manfaat di satu sisi, namun ada pula mudaratnya
di sisi yang lain, maka kita mengikuti prinsip:
Mencegah mafsadah lebih didahulukan daripada menarik maslahah.
Saring sebelum sharing. Tidak setiap yang terpikir, kita ucapkan. Tidak setiap
kejadian kita komentari. Jangan mengomentari sesuatu yang kita tidak ada ilmu
tentangnya. Alih-alih komentar kita menyelesaikan masalah, justru malah
menambah dan memperuncing masalah.
Sidang Jumat yang Berbahagia
Menjelang
pemilihan umum serentak 2024 atau tahun politik 2024
mendatang, marilah kita jaga persatuan dan kesatuan. Jangan beri peluang
sedikit pun kepada para pengadu domba untuk menceraiberaikan kita. Tahan setiap
ucapan atau komentar yang berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan. Beda
pilihan boleh. Asalkan jangan saling memaki. Beda pendapat boleh. Asalkan
jangan saling membenci. Kritikan boleh disampaikan. Asalkan tetap menjaga
kesantunan dan kesopanan. Jauhkan lisan kita dari sumpah serapah, mencaci, memaki,
mencela, menista, mengejek, melaknat, mengutuk, menghina, mengolok-olok,
melecehkan, merendahkan, mencibir, mencemooh, menjelekkan, menghasut,
menggunjing, mengadu domba dan memfitnah.
Ingat, setiap apa yang kita ucapkan, lakukan dan yakini akan kita pertanggungjawabkan
kelak di akhirat. Allah Taala berfirman:
يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ
أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (النور:
٢٤(
Pada
hari (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap
apa yang dahulu mereka kerjakan.
(QS An-Nur: 24)
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
Demikian
khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga kita
tetap menjaga persatuan dan kedamaian sekalipun kita sedang menghadapi banyak
ujian di negara kita, hadapi dengan sabar dan jangan terprovokasi dengan media
yang sengaja ingin memecah belahkan bangsa kita, demokrasi pemilu pileg,
pilkada dan pilpres adalah pesta 5 tahunan dan prosedur memilih pemimpin di
negeri kita, maka tetaplah dihadapi dengan riang gembira tanpa ada perselisihan
yang dapat mengganggu kedamaian dan kenyamanan bangsa kita yang aman dan damai.
Serta khutbah ini Semoga bermanfaat dan membawa
barakah bagi kita semua. Amin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ.
Posting Komentar