
MENGGAPAI
HIDUP PENUH BERKAH
Ust Dr KH Hasbullah Ahmad, MA 081366174429
الحمدُ لله الَّذِي أرْشَدَ
الخلقَ إلى أكْملِ الاداب، وفتَحَ لهم من خزائنِ رحمتِهِ وجودِهِ كُلَّ باب، أنَار
بصائرَ المؤمنينَ فأدركوا الحقائقَ وطلبُوا الثَّواب، وأعْمَى بصائرَ المُعْرِضين
عن طاعتِهِ فصار بينهم وبين نوره حجاب، هدى أولئك بفضله ورحمته وأضلَّ الآخرين
بعدله وحكمته، إن في ذلك لذِكْرى لأولى الألبَاب، وأشْهدُ أنْ لا إِله إِلاَّ الله
وحده لا شريكَ له، له الملكُ الْعَزيزُ الوَهَّاب، وأشْهدُ أنَّ محمداً عبده
ورسولهُ المبعوثُ بأجَلِّ العباداتِ وأَكمَلِ الآداب، صلَّى الله عليه وعلى جميع
الالِ والأصْحَاب، وعلى التابعين لَهم بإحْسَانٍ إلى يومَ المَآب، وسلَّم تسليماً.
. اما بعد. فيا ايها الناس اتقوالله حق تقاته ولا تموتن الا وانتم
مسلمون.
Hadirin Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah
Dari mimbar khutbah jumat ini khatib mengajak kepada diri
khatib dan jamaah sekalian untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada
Allah SWT. Peningkatan iman yang terus dilakukan dengan peningkatan amal sholeh.
Karena derajat kemuliaan seorang hamba di sisi Allah hanyalah dinilai dengan
ketakwaannya. Allah berfirman:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling bertakwa di sisi Allah
adalah orang yang paling bertakwa”.
Hadirin Jama'ah Jum'at yang dimuliakan Allah
Masyarakat yang berkah adalah masyarakat yang jauh dari
dosa-dosa dan maksiat. Sebaliknya masyarakat yang penuh dengan dosa-dosa dan
kemaksiatan adalah masyarakat yang rentan. Ibarat tubuh penuh dengan penyakit
dan kotoran yang menjijikkan. Maka ia tidak produktif dan bahkan tidak bisa
diharapkan darinya kebaikan.
Keberkahan suatu masyarakat itu mempunyai syarat khusus
yang telah dipatok oleh Al-Quran sehingga dengan mewujudkannya akan terwujudlah
masyarakat yang mendapatkan keberkahan, sebagaimana firman Allah:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا
لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا
فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ .
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya”. (QS al-A’raf: 96)
Mufassir Sayyid Qutb mengomentari ayat ini sebagaimana
yang ditulisnya dalam tafsir fi zhilal al Qur’an, mengatakan: “Berkah-berkah
yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang beriman dan bertakwa secara tegas
dan meyakinkan itu, bermacam-macam jenis dan ragamnya. Juga tidak diperinci dan
tidak ditentukan batas-batanya oleh nash ayat itu. Isyarat yang diberikan nash
Al-Quran itu menggambarkan limpahan yang turun dari semua tempat, bersumber
dari semua lokasi, tanpa batas, tanpa perincian, dan tanpa penjelasan. Maka ia
adalah berkah dengan segala macam warnanya, dengan segala gambaran dan
bentuknya.
Keberkahan yang dijanjikan kepada orang beriman dan
bertakwa ialah bahwa keberkahan itu kadang-kadang menyertai sesuatu yang
jumlahnya sedikit, tetapi memberikan manfaat yang banyak serta diiringi dengan
kebaikan, keamanan, kerelaan, dan kelapangan hati. Berapa banyak bangsa yang
kaya dan kuat, tetapi hidup dalam penderitaan, tidak ada rasa aman, penuh
goncangan dan krisis, bahkan menunggu kehancuran.” Naudzu biLLAH.
Hadirin Jama'ah Jum'at yang dimuliakan Allah
Ketika kehidupan berjalan secara sinergis antara
unsur-unsur pendorong dan pengekangnya, dengan bekerja di bumi sambil memandang
ke langit, terbebas dari hawa nafsu, menghambakan diri dan tunduk kepada Allah.
Berjalan dengan baik menuju ke arah yang diridhoi oleh Allah, maka sudah tentu
kehidupan model ini akan diliputi dengan keberkahan, dipenuhi dengan kebaikan
dan dinaungi dengan kebahagian.
Berkah yang diperoleh bersama Iman dan Takwa adalah
berkah yang meliputi segala sesuatu. Berkah yang terdapat di dalam jiwa, dalam
perasaan, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Juga berkah yang mengembangkan
kehidupan dan meninggikan mutunya dalam setiap waktu. Jadi bukan semata-mata
melimpahnya kekayaan namun dibarengi dengan penderitaan, kesengsaraan,
kerusakan bahkan kegersangan jiwa. Naudzu biLLAH.
Tuntutan keberkahan yang dapat diambil dari tuntunan firman
Allah di atas adalah: merealisasikan keimanan dalam keseharian, meningkatkan
ketaqwaan dalam setiap amalan. Maka sebaliknya, hal-hal yang akan menghilangkan
keberkahan itu adalah karena mendustakan ajaran dan ayat-ayat Allah, kemudian
terperosoknya seseorang bahkan masyarakat ke dalam kubangan kemaksiatan.
Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah dalam salah satu bukunya “Al
jawaabul Kaafii liman Sa’ala ‘anid Dawaaisy Syaafii” menyebutkan beberapa
bahaya dan pengaruh dosa terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat yang akan
membawa pada hilangnya keberkahan. Di antaranya pengaruh buruk dosa dan
kemaksiatan itu adalah:
Pertama: Dosa memperlemah kesadaran akan keagungan Allah
dalam hati.
Seorang yang penuh dengan dosa-dosa tidak akan lagi
bersungguh-sungguh mengagungkan Allah. Kaki akan terasa malas dan berat berat
untuk melangkah ke masjid dan menghadiri pengajian. Badan terasa sulit untuk
bangun pada waktu fajar melaksanakan shalat subuh. Telinga tidak suka lagi
mendengarkan ayat-ayat Al Qur’an, lama kelamaan hati menjadi keras seperti batu
bahkan bisa lebih keras dari pada itu. Maka ia hilanglah rasa sensitive
terhadap suatu dosa, tidak bergetar lagi hatinya ketika keagungan Allah
disebut. Allah berfirman:
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ
كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا
يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ
مِنْهُ الْمَاءُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَمَا
اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ .
"Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras
seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh
ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang
terbelah, lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang
meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah
dari apa yang kamu kerjakan". (QS. Al-Baqarah: 74)
Kedua: Dosa membuat seseorang tidak mempunyai rasa malu.
Seseorang yang biasa berbuat dosa, lama-kelamaan tidak
merasa berdosa lagi. Bahkan ia tidak merasa malu berbuat dosa di depan
siapapun. Bila rasa malu hilang maka hilanglah kebaikan. Rasulullah saw
bersabda:
الحياء من الإيمان
“Rasa malu itu sebahagian
dari Iman”.
Maksud dari hadis ini adalah: bahwa semakin kuat rasa
malu dalam diri seseorang akan semakin menyebar darinya kebaikan. Dengan
demikian masyarakat yang mempunyai rasa malu adalah masyarakat yang baik pula
dan penuh nuansa kemanusiaan.
Ketiga: Dosa menghilangkan keberkahan dan nikmat serta
menggantikannya dengan bencana.
Allah swt. selalu menceritakan bahwa diazabnya umat-umat
terdahulu adalah karena mereka berbuat dosa. Dalam surat Al Ankabuut ayat 40
Allah SWT berfirman:
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا
عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ
خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ
لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
.
"Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa
disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya
hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang
mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di
antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak
menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri."
(QS. An-Ankabut: 40)
Jamaah jumat yang dimuliakan Allah
Keberkahan yang kita inginkan dari kehidupan
bermasyarakat dan bernegara ini tidak akan terwujud hanya dengan teori-teori
dan arahan tanpa adanya kesadaran untuk saling mengingatkan dan keinginan untuk
mau mendengarkan dan menerima kebenaran, serta adanya kepedulian untuk saling
menghargai, saling mencintai, saling membantu dan memenuhi hak dan kewajiban.
Bahwa tidak mungkin individu yang kotor, yang hidup di
alam dosa, akan melahirkan masyarakat yang baik. Oleh karena itu, jalan
satu-satunya untuk membangun masyarakat yang bersih dan beradab, penuh dengan
nuansa tolong-menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, yang jauh dari kerjasama
dalam keburukan dan dosa, adalah hanya dengan kembali bersungguh-sungguh
mentaati Allah dan mengagungkan-Nya. Kembali meramaikan masjid, mengajak
keluarga, anak-anak untuk menunaikan sholat sebagai kewajiban kita kepada Allah
yang tak boleh dilalaikan apapun kondisinya, membaca dan memahami Al-Quran,
menerapkan pengetahuan tentang islam yang sudah diketahui, mengendalikan nafsu
dari dosa-dosa dan sesuatu yang mendatangkan murka Allah serta tidak melupakan
untuk saling peduli dan saling mengingatkan sesama saudara dan tetangga dengan
saling memaafkan.
Jamaah jumat yang dimuliakan Allah
Semoga Allah menjadikan masyarakat dan bangsa kita bangsa
yang mendapatkan keberkahan, mengumpulkan kita dalam umat Rasulullah yang
terbaik dan terjauhkan dari ketergelinciran ke dalam jurang kemaksiatan. Amiin
ya Rabbal ‘alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ،
وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِيِمْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلأَمْوَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Posting Komentar