Dalil-dalil puasa Rajab
1. Hadits yang
diriwayatkan Imam Muslim
أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ
حَكِيْمٍ اْلأَنْصَارِيِّ قَالَ: " سَأَلْتُ سَعِيْدَ بْنَ جُبَيْرٍعَنْ
صَوْمِ رَجَبَ؟ وَنَحْنُ يَوْمَئِذٍ فِيْ رَجَبَ فَقَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَصُوْمُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يَصُوْمُ"
“Sesungguhnya Ustman Ibn
Hakim Al-Anshori, berkata: “Aku bertanya kepada Sa’id Ibn Jubair tentang puasa
di bulan Rajab dan ketika itu kami memang di bulan Rajab”, maka Sa’id menjawab:
“Aku mendengar Ibnu ‘Abbas berkata: “Nabi Muhammad SAW berpuasa (di bulan
Rajab) hingga kami katakan beliau tidak pernah berbuka di bulan Rajab, dan
beliau juga pernah berbuka di bulan Rajab, hingga kami katakan beliau tidak
berpuasa di bulan Rajab.” (H.R. Bukhari Muslim, dalam kitab al-Jam’u
baina Shohihain, Muhammad Ibn Futuh al-Humaidi, Jilid 2/44)
Dari riwayat tersebut di
atas bisa dipahami bahwa Nabi SAW pernah berpuasa di bulan Rajab dengan utuh,
dan Nabi-pun pernah tidak berpuasa dengan utuh. Artinya di saat Nabi SAW
meninggalkan puasa di bulan Rajab itu menunjukan bahwa puasa di bulan Rajab
bukanlah sesuatu yang wajib. Begitulah yang dipahami para ulama tentang amalan
Nabi SAW, jika Nabi melakukan satu amalan kemudian Nabi meninggalkannya itu
menunjukan amalan itu bukan suatu yang wajib, dan hukum mengamalkannya adalah sunnah.
2. Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Abu
Daud dan Imam Ibnu Majah
عَنْ مُجِيْبَةَ
الْبَاهِلِيَّةِ عَنْ أَبِيْهَا أَوْ عَمِّهَا أَنَّهُ :أَتَى رَسُوْلَ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ انْطَلَقَ فَأَتَاهُ بَعْدَ سَنَةٍ وَقَدْ
تَغَيَّرَتْ حَالَتُهُ وَهَيْئَتُهُ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَمَا
تَعْرِفُنِيْ. قَالَ وَمَنْ أَنْتَ قَالَ أَنَا الْبَاهِلِيِّ الَّذِيْ جِئْتُكَ
عَامَ اْلأَوَّلِ قَالَ فَمَا غَيَّرَكَ وَقَدْ كُنْتَ حَسَنَ الْهَيْئَةِ قَالَ
مَا أَكَلْتُ طَعَامًا إِلاَّ بِلَيْلٍ مُنْذُ فَارَقْتُكَ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَ عَذَّبْتَ نَفْسَكَ. ثُمَّ قَالَ صُمْ
شَهْرَ الصَّبْرِ وَيَوْمًا مِنْ كُلِّ شَهْرٍ قَالَ زِدْنِيْ فَإِنَّ بِيْ
قُوَّةً قَالَ صُمْ يَوْمَيْنِ قَالَ زِدْنِيْ قَالَ صُمْ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ
قَالَ زِدْنِيْ قَالَ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ الْحُرُمِ
وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ وَقَالَ بِأَصَابِعِهِ الثَّلاَثَةِ
فَضَمَّهَا ثُمَّ أَرْسَلَهَا. )رواه أبو داود 2/322(
“Dari Mujibah Al-Bahiliah
dari ayahnya atau pamannya sesungguhnya ia (ayah atau paman) datang kepada
Rasulullah SAW kemudian berpisah dan kemudian datang lagi kepada rasulullah
setelah setahun dalam keadaan tubuh yang berubah (kurus), dia berkata : Yaa
Rasululallah apakah engkau tidak mengenalku? Rasulullah SAW menjawab : siapa
engkau? Dia pun berkata : Aku Al-Bahili yang pernah menemuimu setahun yang
lalu. Rasulullah SAW bertanya : apa yang membuatmu berubah sedangkan dulu
keadaanmu baik-baik saja (segar-bugar), ia menjawab : aku tidak makan kecuali
pada malam hari (yakni berpuasa) semenjak berpisah denganmu, maka Rasulullah
SAW bersabda : mengapa engkau menyiksa dirimu, berpuasalah di bulan sabar dan
sehari di setiap bulan, lalu ia berkata : tambah lagi (yaa Rasulallah)
sesungguhnya aku masih kuat. Rasulullah SAW berkata : berpuasalah 2 hari
(setiap bulan), dia pun berkata : tambah lagi ya Rasulallah. Rasulullah SAW
berkata : berpuasalah 3 hari (setiap bulan), ia pun berkata: tambah lagi (Yaa
Rasulallah), Rasulullah SAW bersabda :jika engkau menghendaki berpuasalah
engkau di bulan-bulan haram (Rajab, Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah dan Muharrom) dan
jika engkau menghendaki maka tinggalkanlah, beliau mengatakan hal itu tiga kali
sambil menggemgam 3 jarinya kemudian membukanya. H.R. Abu Daud Jilid 2/322
Imam nawawi menjelaskan
hadits tersebut.
قَوْلُهُ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ" إنما أمره
بالترك ; لأنه كان يشق عليه إكثار الصوم كما ذكره في أول الحديث . فأما من لم يشق
عليه فصوم جميعها فضيلة . )المجموع 6/439(
“
Sabda Rasulullah SAW :
صُمْ مِنَ الحَرَم وَاتْرُكْ
“Berpuasalah di bulan
haram kemudian tinggalkanlah”.
Sesungguhnya nabi saw
memerintahkan berbuka kepada orang tersebut karena dipandang puasa terus-
menerus akan memberatkannya dan menjadikan fisiknya berubah (lemah). Adapun
bagi orang yang tidak merasa berat untuk melakukan puasa, maka berpuasa dibulan
Rajab seutuhnya adalah sebuah keutamaan. (Majmu’ Syarh Muhadzdzab juz 6 hal.
439)
3. Hadits riwayat Usamah Bin Zaid:
قال قلت : يا رسول الله لم
أرك تصوم شهرا من الشهور ما تصوم من شعبان قال ذلك شهر يغفل الناس عنه بين رجب
ورمضان وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين وأحب أن يرفع عملي وأنا صائم.
رواه النسائي )4/201) رواه النسائي وحسنه الألباني في صحيح
الترغيب والترهيب (1/247(
“Aku berkata kepada
Rasulullah : Yaa Rasulallah aku tidak pernah melihatmu berpuasa sebagaimana
engkau berpuasa di bulan Sya’ban. Rasulullah SAW menjawab : bulan sya’ban itu
adalah bulan yang dilalaikan di antara bulan Rajab dan Ramadhan, dan bulan
sya’ban adalah bulan diangkatnya amal-amal kepada Allah SWT dan aku ingin
amalku diangkat dalam keadaaan aku berpuasa”. (HR. Imam An-Nasa’I Juz 4 Hal.
201) dishahihkan oleh Syekh Al-Bani dalam kitabnya at-Targhib wa at-Tarhib Juz
1 hal/247.
Imam Syaukani
menjelaskan:
ظاهر قوله في حديث أسامة :
" إن شعبان شهر يغفل عنه الناس بين رجب ورمضان أنه يستحب صوم رجب ; لأن
الظاهر أن المراد أنهم يغفلون عن تعظيم شعبان بالصوم كما يعظمون رمضان ورجبا به .)
نيل الأوطار 4/291(
Secara tersurat yang
dipahami dari hadits yang diriwayatkan oleh Usamah, Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Sya’ban adalah bulan yang sering dilalaikan manusia di antara
Rajab dan Ramadhan” ini menunjukkan bahwa puasa Rajab adalah sunnah sebab bisa
difahami dengan jelas dari sabda Nabi Saw bahwa mereka lalai dari mengagungkan
sya’ban dengan berpuasa karena mereka sibuk mengagungkan ramadhan dan Rajab
dengan berpuasa”. (Naylul Author juz 4 hal. 291).
4. Dalam Hadits
yang lain juga ditegaskan :
عن عطاء : أن عروة قال لعبد الله بن عمر هل كان
رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يصوم فى رجب قال نعم ويشرفه (أبو
الحسن على بن محمد بن شجاع الربعى فى فضل رجب ورجاله كلهم ثقات
Hadits dari Atho’, Bahwa
‘Urwah bertanya kepada Abdullah Ibn Umar, Apakah Rasulullah Shallahu ‘Alaihi
wasallah berpuasa Rajab? Benar, beliau berpuasa dan memuliakannya. Syekh Abul
Hasan Ali Ibn Muhammad Ibn Syuja’ ar-Rub’i “Dalam Kitabnya Keutamaan Rajab”
berkomentar jalur sanadnya semuanya “Tsiqqot” (terpercaya atau kuat). Jami’ul
Ahadits, Imam Suyuthi, Jilid 36/318 No. Hadits 39410.
5. Ada beberapa sahabat
yg mengamalkan puasa di bulan rajab diantaranya ali bin abi thalib, ibnu umar
dll, [انظر: مصنف ابن أبي شيبة (2/457)، مصنف عبد
الرزاق(292/4)]. Bisa dilihat di Mushonnaf Abdur-Rozzaq Jilid 4/292 dan
Mushonnaf Ibn Abi Syaibah Jilid 2/ 457.
6. Ada hadits: - ما رواه ابن ماجه عن ابن عباس أن "النبي صلى الله عليه
وسلم نهى عن صيام رجب
Artinya rasulullah
melarang puasa rajab. Hadits nya dhaif. Ibnu Taymiyah berkata dalam fatawa al
Kubra, sanad nya cacat (2/479) begitupun Syekh Al-Bani mengatakan hadits
ini cacat dan sangat lemah, ulama’ haditspun sepakat dengan kelemahannya tidak
dapat dipakai hujjah terdapat dalam kitab Sunan Ibn Majah dengan Ta’liq
(komentar/kritik) syekh Muhammad Fu’ad Abdul baqi Jilid 1/554 No. 1743.
Amalan-amalan yang
dilakukan di bulan Ramadhan dengan beberapa rujukan yang valid dan bisa
dijadikan sandaran hukum :
1.Berdo’a saat masuk
malam rojab
خمس ليال لا ترد فيهن
الدعوة أول ليلة من رجب وليلة النصف من شعبان وليلة الجمعة وليلة الفطر وليلة
النحر (الديلمى ، وابن عساكر عن أبى أمامة . [عبد الرزاق ، والبيهقى فى شعب
الإيمان])
حديث أبى أمامة : أخرجه
الديلمى (2/196 ، رقم 2975) ، وابن عساكر (10/408.(
حديث ابن عمر : أخرجه عبد
الرزاق (4/317 ، رقم 7927) والبيهقى فى شعب الإيمان (3/342 ، رقم 3713.
Lima malam yang tidak
akan ditolak do’anya yaitu awal malam rajab, malam nisfu sya’ban, malam jum’at,
malam hari raya idhul ditri dan malam hari raya idhul adha. (Hadits dari Abu
Umamah diriwayatkan oleh ad-Dailamy Jilid 2/196 No. 2975, Ibn Asakir Jilid
10/408) dari jalur periwayatan yang lain melalui Ibn Umar diriwayatkan oleh
Abdur Rozzaq Jilid 4/317 No. 7927, Imam Baihaqi dalam Syu’abul Iman Jilid.
3/342. No. 3713).
Hal inipun diuangkapkan
oleh Imam Asy-Syafi’i :
إِنَّ الدُّعَاءَ
يُسْتَجَابُ فِى خَمْسِ لَيَالٍ فِى لَيْلَةِ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةِ الأَضْحَى
وَلَيْلَةِ الْفِطْرِ وَأَوَّلِ لَيْلَةِ مِنْ رَجَبٍ وَلَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ
شَعْبَانَ.
Do’a yang sangat
dianjurkan (besar harapan dikabulkan) terdapat pada lima malam; malam jum’at,
malam idhul adha, malam idul fithri, malam rajab dan malam nisfu sya’ban.
As-Sunan al-Kubro oleh Imam al-Baihaqi Jilid 3/319
2.Perbanyak Istighfar
أكثروا من الاستغفار فى
شهر رجب فإن لله فى كل ساعة منه عتقاء من النار أخرجه الديلمى (1/81 ، رقم 247) .
Perbanyak Istighfar pada
bulan rajab, karena Allah Subhanahu Wata’ala pada bulan rajab setiap jam
(waktu) membebaskan seseorang dari api neraka. Dari Ali diriwayatkan Imam
ad-Dailamy Jilid 1/81 No. 247 dan dalam Jami’ul Ahadits Imam Suyuthi Jilid
5/574 No. 4317.
3.Umroh di bulan Rajab,
Rasulullah ShallAllahu ‘Alaihi Wasallam umroh 4 kali dalam hidupnya salah
satunya pada bulan rajab,
عن عروة قال سئل ابن عمر
في أي شهر اعتمر رسول الله صلى الله عليه و سلم قال في رجب، رواه ابن ماجه؛ قال
الشيخ الألباني : صحيح
Hadits dari Urwah, dia
bertanya kepada Ibn Umar pada bulan apa Rasulullah berumroh? Ibn Umar menjawab:
bulan rajab. H.R Ibn Majah Jilid 2/ 997 No. 2998, dan bahkan syekh al-Bani
menshohihkan hadits ini.
4.Memperbanyak do’a,
عن أنس : أن النبى -
صلى الله عليه وسلم - كان إذا دخل رجب قال اللهم بارك لنا فى رجب وشعبان
وبلغنا رمضان. أخرجه ابن عساكر (4/57) .
Dari Anas Ibn Malik
menceritakan, bahwa Nabi ShallAllahu ‘Alaihi Wasallam berdo’a : Allahumma
Bariklana Fi Rojaba, Wa Sya’bana, Wa Balighna Ramadhan (ya Allah berkahi kami
di bulan rajab, sya’ban dan sampaikanlah kami pada bulan ramadlan). H.R Ibn
Asakir Jilid 4/57, Imam Suyuthi dalam kitabnya Jami’ul Ahadits Jilid 33/24 No.
35704, dan Thabrani dalam Mu’jam al-Ausath Jilid 4/189 No. 3939).
Penulis sengaja
mengemukakan pendapat seperti Ibn Taimiyyah, Syekh Nashiruddin Al-Bani yang
beberapa kalangan memakai pendapat-pendapat beliau untuk melemahkan amalan
rajab, padahal mereka sangat setuju, dan sengaja mencantumkan rujukan secara
jelas bahwa rujukan memang otentik dari kitab-kitab hadits yang masyhur.
Oleh sebab itu
berhati-hatilah dalam menyalahkan amalan orang lain, boleh jadi rujukan yang
kita baca sangat terbatas. Apalagi langsung mudah menjust yang mengakibatkan
kegaduan yang bisa menimbulkan konflik antar umat Islam.
Yakinlah Allah Maha
penyayang beliau ingin umat-Nya semua masuk surga, maka hendaklah perbanyak
berdo’a dari pada saling menyalahkan, kita berdo’a semoga Allah tutupi
kekurangan ‘aib kita dan Allah kumpulkan kita semua di dalam Surga-Nya aaamien
Allahumma aamien.
Posting Komentar