Kisah Nyata, Bocah Rusia
Penghafal Al-Qur'an
-------------------------
خَيْرُكُمْ
مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْاَنَ وَ عَلَّمَهُ
Artinya: “Sebaik-baik kalian ialah yang belajar al-Qur'an dan
mengajarkannya” (HR. Bukhori)
DR. Sa'id Harib wakil ketua lembaga
tahfiz al Qur'an Dubai kagum pada bocah dari negara Rusia, ia menceritakan,
diantara pemenang piala Dubai dalam hafalan al Qur'an di salah satu kesempatan
musabaqah adalah seorang anak kecil dari salah satu negara bagian Uni Soviet
dulu.
Umurnya pada waktu itu masih 12 tahun. Hafalannya sangat menarik
perhatian para hadirin.
Kami bertanya kepadanya tentang cara dia menghafal. Bagaimana ia bisa menyelesaikan hafalan al Qur'an dalam usia belia dan siapa yang sudah membimbingnya untuk menghafal sebaik dan semantap itu?
Kami bertanya kepadanya tentang cara dia menghafal. Bagaimana ia bisa menyelesaikan hafalan al Qur'an dalam usia belia dan siapa yang sudah membimbingnya untuk menghafal sebaik dan semantap itu?
Dia menjawab: Ayahku yang telah melakukan itu.
Kami bertanya lagi: Lalu
siapa yang telah mengajari ayahmu dan menghafalkan al Qur'an kepadanya?
Hal ini sangat mencengangkan kami. Kami heran, bagaimana cara
kakeknya mengajari ayahnya al Qu'an di tengah-tengah kekuasaan Uni Soviet yang
ateis, yang menghukum setiap muslim yang terikat dengan agamanya dengan hukuman
bunuh secara langsung.
Anak itu menjawab: Ayahku menceritakan bahwa kakekku membawa
ayahku ketika ia masih kecil setiap hari ke sebuah tempat dengan menunggangi
keledai. Setelah jauh dari kampung ia menutup mata ayahku dan menuntun keledai
mendaki gunung. Setelah sampai di tempat yang datar ia membuka tutup matanya.
Kemudian ia mengeluarkan lembaran papan yang sudah tersedia di sana. Di papan
itu terpahat surat-surat al Qur'an.
Selanjutnya ayahku menghafalnya semampunya. Setelah selesai
menghafal mata ayahku ditutup lagi dan kembali pulang ke rumah. Sampai ayahku
hafal semua al Qur'an dengan sempurna.
Kami bertanya lagi, sementara hati kami dipenuhi rasa heran:
Kenapa kakekmu menutup mata ayahmu?
Anak kecil itu menjawab: Kami juga menanyakan hal itu kepada
ayahku. Beliau menjawab bahwa kakekku melakukan itu karena takut kalau suatu
hari nanti pemerintah yang ateis menangkap anaknya lalu mengazabnya. Hingga ia
melemah dan akhirnya memberi tahu di mana tempat sekolah menghafal al Qur'an
secara sembunyi-sembunyi itu.
Sekolah itu digunakan oleh sekelompok orang-orang muslim karena
berharap mengikatkan anaknya dengan al Qur'an.
Mereka adalah orang-orang yang hidup di bawah naungan aturan
tanpa Tuhan. Di mana pemerintahannya dibangun dengan kekuatan api dan besi
(senjata).
Kalau kita renungkan di mana posisi kita bila dibandingkan
dengan mereka. Kita hari ini punya mushhaf al Qur'an berbagai model, punya
mesjid yang megah, dan kita memiliki suasana dan perasaan aman. Kita tidak
punya hal yang harus kita pikirkan dengan berat.
Ya Allah rahmatilah
kelemahan kami, dan kekurangan kami dalam menghafal serta mengulang kitab-Mu.
Semoga Allah memudahkan kita dalam menghafal, memahami dan
mengamalkan kandungan Al Qur'an. Aamiin..
Semoga Bermanfaat.
[jabir/voa-islam.com]
Posting Komentar